Profil Keamanan setelah Pemberian Dosis Primer Vaksin Pentabio® pada Bayi di Indonesia
Abstract: Vaksin Hib mulai
digunakan pada Pogram Imunisasi Nasional sejak tahun 2013 secara bertahap dan
di seluruh Indonesia mulai tahun 2014 dalam bentuk vaksin kombinasi DTP/HB/Hib
(Pentabio®), yang memberikan kekebalan
terhadap difteria, pertusis, tetanus, hepatitis B, dan Haemophilus influenzae
tipe b. Studi ini menilai reaksi sitemik, reaksi lokal, dan reaksi yang serius
pascaimunisasi dengan Pentabio®. Sebanyak 4.000 bayi penerima vaksin Pentabio®bergabung
dalam studi ini. Reaksi yang timbul dicatat pada kartu harian oleh petugas yang
sudah dilatih. Vaksin Pentabio®yang diamati pada PMS ini menggunakan vaksin
rutin dari Program Imunisasi Nasional dalam waktu pengamatan 28 hari di empat
propinsi, yaitu Nusa Tenggara Barat, Bali, Yogyakarta, dan Jawa Barat pada
periode Mei–Desember 2014. Sebanyak 3.978 data dapat dianalisis karena 22 di
antaranya tidak memberikan informasi yang valid. Reaksi sistemik yang paling
banyak timbul adalah demam 0,85% pada 30 menit pertama, dan meningkat menjadi
14,03% pada satu hari pascaimunisasi, kemudian sembuh pada hari berikutnya.
Reaksi lokal yang paling sering timbul adalah nyeri pada tempat suntikan pada
67,6% subjek pada 30 menit setelah imunisasi, dan meningkat menjadi 87,23% pada
1 hari pascaimunisasi namun sembuh pada hari berikutnya. Mayoritas nyeri yang
timbul adalah kategori ringan. Tidak ditemukan kejadian ikutan pascaimunisasi
serius selama pengamatan. Simpulan, reaksi lokal dan sistemik pascaimunisasi
dengan Pentabio® dapat ditoleransi pada bayi. [MKB. 2017;49(2):86–93]
Kata kunci: Bayi, Pentabio®, post
marketing surveillance, reaksi lokal, reaksi sistemik
Penulis: Julitasari Sundoro,
Kusnandi Rusmil, Mei Neni Sitaresmi, Arhana Arhana, I.G.G. Djelantik, Sri
Rezeki Hadinegoro, Hindra Irawan Satari, Syafriyal Syafriyal, Novilia Sjafri
Bachtiar, Rini Mulia Sari
Kode Jurnal: jpkedokterandd170279
