PENGARUH KEPEMILIKAN JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT MISKIN TERHADAP STATUS KELAHIRAN DAN KEJADIAN STUNTING PADABADUTA INDONESIA (ANALISIS DATAIFLS 1993 – 2007)

ABSTRAK: Salah satu kebijakan untuk mengatasi masalah kesehatan dan gizi adalah Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan bagi Masyarakat Miskin (PJKMM) yang diberlakukan dengan Surat Keputusan Menteri KesehatanRepublik Indonesia (SK Menkes RI) No. 1241/Menkes/SK/XI/ 2004 sebagai amanat UU No. 40/2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Namun cakupannya masih rendah, yang diperkirakan berdampak pada masih tingginya masalah riwayat kelahiran dan status gizi baduta.
Tujuan. Membuktikan pengaruh kepemilikan jaminan kesehatanmasyarakat miskin terhadap status kelahiran dan kejadian stunting baduta Indonesia.
Metode. Penelitian menggunakan paradigma positivist dengan pendekatan crossectional study berdasarkan data Indonesia Family Life Survey (IFLS) tahun 1993-2007. Sampel adalah seluruh bayi dan baduta yang secara random terjaring dalam IFLS1 (1993) sampai IFLS4 (2007), dengan kriteria inklusi anak kandung, tinggal dengan orang tua, lahir hidup dan lahir tunggal,tersedia data berat lahir, umur kehamilan, antropometri. Analisis univariat, bivariat dan regresi logistik mutivariat menggunakan 3 set data untuk mengidentifikasi pengaruh kepemilikan Jaminan kesehatan terhadap berat lahir (n=3956), umur kehamilan (n=4998) dan kejadian stunting (n=4504).
Hasil. Kepemilikan jaminan kesehatan berpengaruh terhadap BBLR, prematur dan stunting. Bayi dari keluarga peserta jaminankesehatan Non-ASKESKIN terproteksi dari BBLR (OR;95% CI =0,61; 0,43-0,88). Namun tidak ada perbedaan risiko BBLR antara bayi dari keluarga peserta Askeskin dan yang tidak memiliki jaminan kesehatan (OR;95% CI =0,92; 0,52-1,61) (model 1). Kepemilikan ASKESKIN sebagai faktor risiko kejadian prematur (OR, 95% CI: 1,74; 1,14-2,66) (model 2). Anak dari keluarga peserta jaminan kesehatan Non-ASKESKIN terproteksi dari kejadian stunting (OR;95% CI =0,78; 0,62-0,98), namun tidak ada perbedaan risiko stunting antara anak dari keluarga peserta ASKESKIN dengan anak dari keluarga yang tidak memiliki jaminan kesehatan (OR;95% CI =1,01; 0,69-1,47) (model 3).
Kesimpulan. Penentu kebijakan perlu melakukan evaluasi pada program Jaminan Kesehatan Masyarakat (keluarga miskin), karena intervensi KIA dan Gizi yang dilakuan kurang menekankan pada upaya promotif dan prefentif, sehingga utilisasi masyarakat lebih pada upaya kuratif bila terjadi masalah Kesehatan dan Gizi pada ibu dan anak.
Kata Kunci: BBLR, Prematur, Stunting, Jaminan Kesehatan Masyarakat Miskin
Penulis: Demsa Simbolon
Kode Jurnal: jpkedokterandd140622

Artikel Terkait :