PENGARUH BORAKS TERHADAP SISTEM REPRODUKSI PRIA
ABSTRACT: Boraks sebagai
pengawet makanan masih banyak digunakan oleh para penjual makanan. Boraks adalah mineral dengan
toksisitas rendah yang memiliki efek insektisidal. Boraks biasanya digunakan
dalam industri deterjen dan kosmetik, kaca, dan keramik. Penggunaan boraks
sebagai bahan tambahan pangan sudah dilarang oleh pemerintah karena berbahaya
bagi kesehatan. Efek akut boraks antara lain adalah mual muntah, nyeri abdomen,
dan diare. Sedangkan efek kronis boraks adalah gangguan reproduksi dan
perkembangan, neurotoksik, dan nefrotoksik. Pada sistem reproduksi, boraks
dapat mengganggu testis dan testosteron. Hasil penelitian dengan hewan coba
menunjukkan adanya deskuamasi epitel germinal, penyempitan diameter tubulus
seminiferus, hambatan pada spermiasi, atrofi testis, dan penurunan kadar
testosteron di sirkulasi. Boraks dapat menyebabkan stres oksidatif. Terdapat
banyak teori bagaimana boraks dapat merusak sistem reproduksi. Pemberian boraks
akan menyebabkan inflamasi yang menginduksi ekspresi berlebihan
siklooksigenase-2 (COX-2) yang akan menurunkan kadar testosteron. Penurunan
kadar testosteron menyebabkan disorganisasi sel spermatogenik dan sel Sertoli.
Ditemukannya vakuolisasi pada gambaran histopatologi mengindikasikan adanya
kerusakan specific junction antara sel spermatogenik dan sel Sertoli. Keadaan
ini berhubungan dengan atrofi testis. Hitung jumlah sperma didapatkan menurun
dengan kadar fruktosa seminal yang tinggi. Efek boraks yang mengganggu kadar
sirkulasi testosteron, menghambat spermiasi, rusaknya specific junction,
penurunan jumlah sperma, hingga atrofi testis dapat menyebabkan infertilitas
pada pria.
Kata kunci: boraks,
infertilitas, reproduksi, testosteron, tubulus seminiferus
Penulis: Dyah Kartika Utami
Kode Jurnal: jpkedokterandd150684