KONFLIK IDEOLOGI BURUH KERETA API TAHUN 1949-1965
Abstract: Buruh kereta api
merupakan indikator penting dalam kelancaran aktivitas perkeretaapian. Untuk
itu, diperlukan organisasi sebagai penyalur aspirasi buruh. Organisasi buruh
kereta api yang terbentuk setelah masa kemerdekaan adalah Persatuan Buruh
Kereta Api (PBKA) dan Serikat Buruh Kereta Api (SBKA). SBKA berafiliasi dengan
Sentra Organisasi Buruh Seluruh Indonesia (SOBSI) yang berada di bawah pengaruh
Partai Komunis Indonesia (PKI). Sedangkan, PBKA berafiliasi dengan Kongres
Buruh Seluruh Indonesia (KBSI) yang berada di bawah pengaruh Partai Sosialis
Indonesia (PSI). Dua organisasi buruh tersebut memiliki rasa permusuhan sejak
1949, sehingga terjadi konflik antara PBKA dan SBKA tahun 1949-1965.
Rumusan masalah yang akan dibahas adalah 1) bagaimana latar belakang
konflik ideologi buruh kereta api tahun 1949-1965, 2) apa dampak konflik
ideologi buruh kereta api tahun 1949-1965, 3) bagaimana upaya penyelesaian
konflik ideologi buruh kereta api tahun 1949-1965. Dalam penelitian ini
digunakan metode sejarah. Tahap pertama adalah heuristik, untuk mengumpulkan
sumber-sumber. Tahap kedua adalah kritik, untuk menyeleksi sumber yang valid.
Tahap ketiga adalah interpretasi yang dilakukan dengan mengaitkan dan
menganalisis sumber. Tahap terakhir adalah historiografi, untuk melakukan
penulisan kembali hasil interpretasi dalam bentuk skripsi ini.
Berdasarkan hasil analisis sumber menunjukkan bahwa latar belakang
konflik ideologi buruh kereta api adalah kondisi politik ekonomi Indonesia yang
tidak stabil, berdampak pada perkembangan kondisi perusahaan kereta api,
sehingga perusahaan kereta api kurang membangun hubungan baik dengan organisasi
buruh kereta api. Selain itu, konflik ideologi juga dilatar belakangi oleh
keadaan buruh setelah kemerdekaan dimana buruh dipengaruhi oleh ideologi dan
partai politik. Kondisi tersebut juga terjadi pada buruh kereta api. Terdapat
pengaruh ideologi sosialisme dan komunisme serta partai politik PKI dan PSI.
Dampak konflik ideologi adalah hubungan sekunder antara PBKA dan SBKA,
rasa permusuhan yang diungkapkan dengan sikap menyalahkan kelompok lain, dan
pengembangan media majalah dan surat organisasi sebagai alternatif ungkapan
permusuhan yang terlihat pada konflik gagalnya fusi PBKA dan SBKA, isu
pemogokan buruh kereta api, dan tuntutan pembubaran PBKA dan pembubaran SBKA.
Dampak-dampak tersebut adalah dampak positif karena ketegangan konflik bersifat
rendah dan diungkapkan dengan cara yang tidak mengancam dan tidak merusak. Upaya
penyelesaian konflik ideologi buruh kereta api dilakukan dengan keputusan
sepihak oleh pemerintah dan perusahaan kereta api, sehingga tidak ada
perundingan konflik dari PBKA dan SBKA. Konflik ideologi buruh kereta api tidak
menimbulkan dampak negative bagi perusahaan kereta api, hal tersebut dapat
dilihat bahwa perusahaan kereta api tetap mempertahankan eksistensinya hingga
sekarang.
Penulis: NOVIARY SASTRA ASMARA
Kode Jurnal: jpsejarahdd160100
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjGj4FQv1aMKKBVC4_mesGV_ZBAKWTejNaV2HxifdICn1Si6-Cbih_Nn3RHQNCq1oxvhyRv2U9yPX6t4k-PCOSIkqYXB__v7DbFjwnVn73zgsW72l7sqKX5dvQ2XVxnqcLrw2CvPzs63oA/s320/E+JURNAL.gif)