MODEL-MODEL PSIKOLOGI KEBHINNEKATUNGGALIKAAN DAN PENERAPANNYA DI INDONESIA
ABSTRACT: Persatuan Indonesia
secara politis sudah didefinisikan dalam semboyan Bhinneka Tunggal Ika dan
salah satu sila dasar negara tetapi secara psikologis masih belum jelas. Dari
perspektif psikologi sosial, dapat dikembangkan beberapa model persatuan dalam
kebhinnekaan. Pertama adalah dekategorisasi dan personalisasi. Maksudnya, dari
berbagai suku, golongan serta kelompok yang mengalami salinasi kategori atau
identitas kelompok sangat kuat, dilakukan upaya agar identitas kelompok hilang.
Model kedua adalah rekategorisasi, yaitu melebur kategori “kami” dan “mereka”
menjadi “kita”. Sepintas upaya rekategorisasi untuk membentuk identitas
Indonesia merupakan upaya ideal. Kenyataan menunjukkan bahwa upaya ini tidak
berhasil. Model ketiga yaitu model diferensiasi mutual. Model ini mengakui
adanya perbedaan-perbedaan tetapi mereka memiliki peran-peran yang komplementer
yang akan mendukung keberhasilan tujuan umum. Model selanjutnya disebut model
hibrida. Model ini mengakui bahwa individu pada umumnya memiliki lebih dari
satu identitas. Orang dengan identitas seperti ini bisa saja memperlakukan
identitas dirinya secara hirarkhis atau memiliki persilangan kategori. Di era
global seperti sekarang ini tampaknya model hibrida ini akan lebih berkembang
sekaligus dapat mengakomodasi kepentingan berbagai pihak tanpa perlu
penyeragaman. Untuk mengikat model hibrida dalam persatuan bangsa masih
diperlukan pengembangan aspek psikologis lain, di antaranya adalah
penghormatan, kepercayaan, keadilan, kebijaksanaan, dan pemaafan atas kesalahan
pihak lain.
Kata kunci: psikologi
kebhinnekatunggalikaan, dekategorisasi, rekategorisasi, diferensiasi mutual,
multi identitas, persilangan kategori
Penulis: Faturochman
Kode Jurnal: jppsikologisosialdd080018