MEMETAKAN KEBHINEKAAN DALAM KONTINUM DESTRUKSI DAN KONSTRUKSI PEMIKIRAN AWAL MENGENAI PERAN PSIKOLOGI DALAM MENGELOLA KEBHINEKAAN MENJADI SINERGI
ABSTRACT: Kebhinekaan adalah
keniscayaan hidup yang berpotensi memunculkan konflik, kadang dengan implikasi
lanjutan hingga bentuknya yang paling parah, menyakitkan dan menghancurkan.
Meski demikian, menyeragamkan manusia atau membunuh kebhinekaan juga berarti
membunuh esensi kehidupan yang terdalam itu sendiri. Bagaimana mengelola
kebhinekaan menjadi sinergi? Untuk sampai pada jawaban memuaskan kita masih
harus melalui jalan yang amat sangat panjang. (1) Perlu membedah dan memetakan
terlebih dulu mengapa kelompok manusia yang berbeda-beda dapat saling
menghancurkan melalui kekejaman yang paling durjana, dan itu berarti kembali
pada teori-teori psikologi yang paling dasar mulai dari persepsi, emosi,
kognisi dan kesadaran diri, serta bentukannya lebih lanjut seperti
generalisasi, pengembangan prasangka hingga ke mekanisme pertahanan diri secara
pribadi maupun kelompok. Sangat penting pula membedah peran konteks sosial dari
yang paling mikro hingga paling makro. (2) Kemudian kita belajar dari
kasus-kasus individu dan kelompok yang mampu mengedepankan penyelesaian konflik
tanpa perendahan atau kekerasan terhadap kelompok lain, dan atau mampu secara
otentik mencurahkan kepedulian pada kelompok lain. (3) Kesenjangan antara (a)
konflik dan prasangka antar kelompok dan (b) kasus-kasus unik yang mampu
mengedepankan kepedulian, penghormatan dan perdamaian perlu diisi dengan
dikembangkannya pemikiran konseptual yang utuh-terintegrasi hingga terapannya
yang paling konkrit mengenai bagaimana mengelola kebhinekaan menjadi sinergi.
Tentang hal ini, diperlukan cara pandang yang utuh mengenai manusia dengan
dimensi-dimensi hidupnya yang berjenjang hingga tingkatan tertingginya sebagai
makhluk moral dan spiritual. Secara ringkasnya, untuk sementara pendekatan yang
dicoba ditawarkan adalah psikologi holistik yang multidisipliner. Di dalamnya disertakan
cara berpikir psikoanalisis sosial, psikologi kognitif dan psikologi belajar,
di bawah payung psikologi eksistensial yang kuat mengakui peran konteks
sosial-politik serta agama dan spiritualitas dalam perilaku manusia sebagai
pribadi maupun kelompok.
Penulis: Kristi Poerwandari
Kode Jurnal: jppsikologisosialdd080017