PENGEMBANGAN MODEL PENGUATAN LEMBAGA PERTANIAN SEBAGAI PRIME MOVER PEMBANGUNAN KAWASAN DAERAH PENYANGGA PEMBANGUNAN (DPP) DESTINASI WISATA KINTAMANI – BALI
Abstract: Tujuan pokok
penelitian ini ‘mengembangkan model prime mover sektor pertanian argo di daerah
penyangga pembangunan (DPP) destinasi wisata Kintamani untuk penguatan dan
pemberdayaan para petani agro berbasis kewilayahan dan berbasis penguatan
kelembagaan lokal di Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli”. Penelitian ini
menggunakan desain penelitian dan pengembangan (R&D) dengan metode
kuantitatif IG (Indeks Gravitasi) untuk melihat derajat keterkaitan aktivitas ekonomi
antara DPP dan desa sekitarnya, CDSF (Cobb-Douglas Stochastic Frontier) untuk
melihat tingkat efisiensi teknis yang mencerminkan sejauhmana kegiatan produksi
sektor dominan di DPP mencapai titik optimumnya, serta metode EL (Ekonometrik
Logit) untuk mengetahui adakah fragmentasi produksi DPP dengan desa sekitarnya.
Dalam penyusunan desain pola pengembangan ekonomi di DPP mengacu pada temuan
studi pendahuluan dan trending analysis terkait dengan keunggulan potensi,
permasalahan yang paling urgen, dan peluang usaha di masing-masing wilayah.
Produk penelitian ini adalah : (1) peta permasalahan dan produksi dominan
petani agro, (2) peta kelembagaan petani agro, (3) model pelembagaan petani
agro, (4) draft model prime mover sektor pertanian agro terhadap pengembangan
destinasi wisata, dan (5) artikel ilmiah (jurnal terakreditasi). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa : (1) berdasarkan data Dinas Pariwisata Kabupaten
Bangli Provinsi Bali, yaitu : Desa Batur Selatan, desa Songan A, desa Songan
B,dan desa Kedisan. Secara umum lembaga-lembaga social kemasyarakatan yang ada
di semua desa tersebut hamper sama,hanya struktur organisasinya yang sedikit
berbeda, yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kebiasaan masyarakat setempat.
(2) lembaga social dan budaya yang terdapat di desa-desa kawasan agrowisata
Kintamani, pada umumnya adalah : sekehe teruna teruni, kelompok tani, gabungan
kelompok tani, sekehe jogged, sekehe santi, sekehe tabuh, sekehe payus, sekehe
rejang,sekehe manyi, sekehe baris, sekehe pruguh, sekehe gong, sekehe gambuh,
lembaga perkreditan desa, desa adat, prajuru desa adat, koperasi unti
desa,kelompok penyakap,dan kelompok peternak. (3) pada desa-desa kawasan
agrowisata di Kintamani, terdapat lahan yang masih cukup besar untuk
dimaksimalkan pemanfaatannya, yakni berkisar antara 10 sampai 100 hektar di
setiap desanya. Namun, berdasarkan hasil survey di lapangan, hanya sebagian
kecil dari lahan tersebut yang merupakan milik penduduk setempat. (4) potensi
kawasan Kintamani pada dasarnya bersandar pada keindahan alam dan modalitas
social budaya masyarakat itu sendiri. (5) masih ditemukan berbagai kendala yang
dihadapi oleh masyarakat desa kawasan agrowisata pada umumnya dan petani pada
khusnya, terutama pada aspek-aspek khusus, seperti: aturan desa dan pengelolaan
lembaga sosial dan budaya desa, luas dan kepemilikan lahan, system permodalan,
pemanfaatan sumber daya, dan system penjualan.
Penulis: Putu Gede Parma
Kode Jurnal: jpsosiologidd140355