Induksi Ketahanan Tanaman Jagung (Zea mays L.) Terhadap Penyakit Bulai Melalui Seed Treatment Serta Pewarisannya pada Generasi S1
Abstract: Ketahanan terhadap
penyakit merupakan salah satu sifat yang sangat penting dalam pemuliaan tanaman
karena mempengaruhi kualitas dan tingkat produksi tanaman. Salah satu upaya
untuk meningkatkan ketahanan tanaman terhadap penyakit adalah melalui induksi ketahanan
sistemik yang dipicu oleh pengaplikasian elisitor dengan melibatkan koordinasi
dan ekspresi dari gen tertentu (gen SAR) serta ditandai oleh akumulasi senyawa
tertentu seperti asam salisilat atau asam jasmonat.
Penelitian terdiri dari tiga bagian percobaan, yaitu: 1. Seleksi galur.
Percobaan ini bertujuan untuk mendapatkan galur yang mengalami peningkatan
status ketahanan dan memilih satu dari enam galur yang paling responsif
terhadap perlakuan (elisitor). Percobaan menggunakan enam varietas jagung hibrida
C02, C05, C13, C19, C20 dan SC 4D-139 yang diaplikasikan empat macam elisitor,
yaitu Plant Growth Promoting Rhizobakteri (PGPR) Bio1 dan Bio2, asam salisilat
(Abio1), serta Benzothiadiazole-S-Methyl (Abio2) melalui seed treatment.
Percobaan dilakukan di lapang dengan menggunakan tanaman penyebar (spreader)
sebagai sumber inokulum. Benih yang sudah di treatment kemudian ditanam, dan
diamati sampai umur 42 hari setelah tanam. Evaluasi perubahan status ketahanan
dilakukan dengan cara membandingkan status ketahanan asal (non treatment)
dengan status ketahanan setelah diinduksi. Tanaman dari varietas yang mengalami
peningkatan status ketahanan akan di selfing untuk mendapatkan benih generasi
S1. 2. Status ketahanan terinduksi yaitu verifikasi ketahanan terimbas di
tingkat fisiologis dan molekuler melalui pengukuran asam salisat dan deteksi
gen PR-1 menggunakan teknik PCR. 3. Evaluasi pewarisan ketahanan pada generasi
hasil selfing (S1) dari varietas yang mengalami peningkatan status ketahanan.
Hasil menunjukkan jagung galur C20 paling responsif terhadap keempat
macam elisitor dan mengalami peningkatan status dari agak rentan menjadi agak
tahan ( perlakuan Bio1 dan Abio1) dan menjadi tahan (perlakuan Bio2 dan Abio2).
Verifikasi secara fisiologis dan molekular menunjukan bahwa kandungan asam
salisilat cenderung mengalami peningkatan setelah inokulasi P. maydis
dibandingkan dengan sebelum inokulasi patogen dan terdeteksi gen PR-1 pada
tanaman dari varietas C20 hasil treatment. Sementara itu, analisis studi pewarisan
menunjukkan peningkatan ketahanan galur jagung C20 diturunkan pada populasi
generasi S1 dan mengikuti pola pewarisan Mendel untuk rasio 15:1.
Kata kunci: induksi ketahanan,
elisitor, asam salisilat, PGPR, pathogenesis-related protein
Penulis: Hoerussalam, Aziz
Purwantoro, dan Andi Khaeruni
Kode Jurnal: jppertaniandd130033