POTRET KEBUDAYAAN MASYARAKAT PENGHUNI BANTARAN SUNGAI CITARUM: STUDI KASUS DI DESA CITEREUP-KEC. DAYEUHKOLOT
ABSTRACT: Kebudayaan merupakan
strategi kehidupan. Pada hakekatnya manusia tidak hanya sekadar makhluk alami
tetapi lebih‐lebih sebagai makhluk budaya. Manusia sebenarnya membentuk
kebudayaan dan dibentuk oleh kebudayaan. Dalam realitas modern harus diakui
bahwa terdapat benturan‐benturan antaran nilai‐nilai modern dan nilai‐nilai
tradisional. Warga kota yang berdiam di wilayah pinggiran acapkali membentuk
sebuah cara hidup dan pola pandang tertentu.
Bandung yang dilalui beberapa sungai terutama Sungai Citarum menyimpan
persoalan pelik salah satunya adalah banjir. Berbagai upaya dilakukan namun
dari tahun ketahun banjir akibat luapan Sungai Citarum tetap terjadi di musim
penghujan dan kekeruhan air yang parah di musim kemarau. Warga masyarakat
penghuni bantaran Sungai Citarum dari masa ke masa senantiasa menyesuaikan diri
dengan ritme sungai ini. Bila musim hujan maka warga penghuni bantaran bersiap
untuk menghadapi bahaya banjir sedangkan pada musim kemarau mereka bersiap
untuk mencium bau busuk sungai.
Dengan modal sosial yang kecil kelompok masyarakat ini umumnya tidak
mempunyai banyak pilihan. Mereka tidak sanggup berpindah mencari tempat agar
terhindar dari banjir. Mereka melihat banjir sebagai bencana, yang diatasi
dengan berbagai cara sambil tetap bertahan di rumahnya. Penelitian kecil ini
ingin memetakan, membuat potret warga penghuni bantaran Sungai Citarum. Potret
ini membantu penulis untuk merefleksikan makna kebudayaan secara lebih hidup. Kebudayaan
tidak lagi sebagai sebuah definisi rigid tetapi kebudayaan sebagai sesuatu yang
dinamis.
Penulis: Andreas Doweng Bolo,
Hendrikus Endar Suhendar
Kode Jurnal: jpadministrasinegaradd120092