KATA SEBAGAI SARANA PENYAIR - SEBUAH STUDI KRITIS TERHADAP SAJAK PAMFLET W.S. RENDRA
ABSTRACT: Setiap pribadi
manusia itu unik. Situasi yang diciptakan dan yang pada akhirnya mengitarinya
juga unik. Keunikan diri seseorang dan dunia ciptaannya memungkinkan banyak hal
dalam dirinya tidak dapat dipahami secara utuh. Akan tetapi harus disadari
bahwa sekalipun unik, namun ada struktur dasar yang sama antara diri seseorang
individu dengan pribadi yang lain di luar dirinya. Demikian pula, dunia yang
diciptakan seorang pribadi dengan dunia yang merupakan hasil rekayasa pribadi
lain.
Dengan cara berpikir demikian, maka dapat dikatakan bahwa ada banyak hal
yang tidak bisa dimengerti secara utuh dari diri seseorang. Sebaliknya juga
benar, bahwa ada bganyak hal yang bias dipahami dan diketahui dari diri
seseorang. Karena itu, dunia sastra, para penyair dan kata-kata yang digunakan
dalam kehidupan seni budaya sastra yang ditekuninya dengan segala keunikannya
tidak serta merta membuat dunia sastra berpisah dari dunia manusia pada
umumnya. Demikian juga sang penyair dan kata-kata yang dipakainya dengan makna
yang khas tidak membuatnya asing di tengah sesame manusia, di tengah
masyarakat.
Dunia sastra memang memilki keunikannya tersendiri. Bahasa yang digunakan
dirangkai dalam kalimat bermakna dalam penuh kiasan dan analogi. Seribu satu
macam kata dirangkai dalam kalimat ucapan dan bait-baik sajak dan puisi yang
mengandung makna polisemi.
Para penyairnya pun seolah memiliki dunia sendiri lepas dari masyarakat.
Padahal, para penyair yang sedang berbicara, sebenarnya mereka berbicara
tentang kenyataan hidup setiap hari. Bukan saja tentang kehidupan dirinya
sendiri melainkan kehidupan sosial suatu masyarakat dan juga sebuah bangsa.
Para penyair mengkritik kebijakan pembangunan yang mengabaikan rakyat, tidak
berarti penyair itu seorang politisi. Dia hanya seorang sahabat semua jenis
manusia hanya yang senantiasa berbicara tidak untuk kepentingan dirinya, dan
tidak untuk mencari musuh melainkan dalam nada kritis dia tetap menjadi
sahabat.
PENULIS: Sylvester Kanisius
Laku, Yohanes Peka Wisok, Darius Jehanih
Kode Jurnal: jpadministrasinegaradd090039