PERAN AGONIS RESEPTOR OPIOID KAPPA (-) U50,488H DALAM PROSPEK TERAPI GEJALAPUTUS OBAT MORFIN
ABSTRAK: Reseptor opioid kappa
mempunyai sifat yang berbeda bahkan
bertentangan dengan reseptor opioid mu. Stimulasi reseptor mu dengan morfin,
fentanil atau DAMGO menunjukkan efek penguatan, peningkatan lokomotor, euphoria dan keinginan mendapatkan obat
kembali (drug craving), sementara
aktivasi reseptor kappa oleh agonisnya menunjukkan efek disphoria, sedative dan penolakan obat.
Penelitian ini menunjukkan perlakuan dengan morfin 10 mg/kg pada mencit galur
ICR meningkatkan secara bermakna efek aktivitas lokomotor dari 490 menjadi 2460
aktivitas total (P<0.001; n=12 tiap kelompok). Peningkatan ini diturunkan
secara signifikan dengan pra-perlakuan selektif agonis reseptor kappa (-)
U50,488H 3 mg/kg yaitu menjadi 1501
aktivitas total (p<0.01). Efek drug
craving dievaluasi dengan metode
conditioning place preference (CPP), pra-perlakuan dengan injeksi
sub-kutan (-) U50,488H 3 mg/kg juga menurunkan efek drug craving yang
disebabkan oleh morfin dari 127 menjadi 30 harga CPP (p<0.01). Untuk
menjelaskan mekanisme penurunan gejala putus obat tersebut, dilakukan pengukuran
kadar dopamin pada nucleus accumbens dan
pengujian aktivitas protein G yang terikat pada reseptor dopamin pada limbic forebrain dengan metode
[35S]GTPS binding assay. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan
bahwa pra-perlakuan (-) U50,488H dapat menurunkan gejala putus obat yang
disebabkan oleh morfin.
Kata kunci: ketergantungan
obat, gejala putus obat, morfin, pelepasan dopamine
Penulis: Junaidi Khotib,
Bambang SZ, Yulistiani, Siti Syamsiah, dan Tsutomu Suzuki
Kode Jurnal: jpfarmasidd060028
