PERBANDINGAN MONOTERAPI DENGAN POLITERAPI PADA EPILEPSI JENIS IDIOPATHIC GENERALISED TONIC CLONIC
ABSTRAK: Kasus epilepsi di
dunia cukup sering dijumpai dan prevalensinya di seluruh dunia mencapai 5-20
orang per 1000 penduduk. Di Indonesia prevalensi epilepsi diperkirakan
0,5-1,2%. Obat antiepilepsi mempunyai peranan yang dominan dalam
penatalaksanaan epilepsi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas
dan keamanan pengobatan monoterapi dibandingkan dengan politerapi dilihat dari
frekuensi kejang, keadaan bebas kejang, dan efek samping obat.
Data diperoleh menggunakan instrumen berupa seizure diaries dan APS
(Adverse Drug Reaction Probability Scale). Penelitian ini menggunakan rancangan
studi observasional dengan pengambilan data secara prospektif, membandingkan
dua kelompok subyek yang mengidap epilepsi tipe idiopathic general tonic
clonic. Subyek penelitian ini adalah semua pasien epilepsi jenis idiopathic generalized
tonic clonic baik yang menerima politerapi dan monoterapi epilepsi di
poliklinik saraf RSUP Dr Sardjito Yogyakarta periode Mei-Juni 2012 yang
memenuhi kriteria inklusi. Efektivitas terapi dalam pengendalian kejang
(frekuensi kejang) dianalisa dengan chi square test. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pengobatan monoterapi lebih berhasil dalam pengendalian
kejang (mengurangi frekuensi kejang) dibandingkan dengan politerapi (p<0,05).
Kejadian bebas kejang pada monoterapi dan politerapi masing-masing adalah 83% vs
48%, dan prevalensi terjadinya efek samping obat 20% vs 14%. Meskipun
monoterapi memberikan kejadian efek samping obat yang lebih banyak dibandingkan
politerapi, berdasarkan hasil wawancara dengan pasien, efek samping pada
monoterapi jauh lebih ringan dan tidak mengganggu kenyamanan pasien
dibandingkan dengan politerapi.
Kata Kunci: Epilepsi
Idiopathic Generalised Tonic Clonic, Monoterapi, Politerapi, Efek Samping Obat
Penulis: Ratna Wijayatri
Kode Jurnal: jpfarmasidd130452
