HUBUNGAN OTOTOKSISITAS DAN KEMOTERAPI NEOADJUVAN PADA KARSINOMA NASOFARING BERDASARKAN ASHA, CTCAE, DAN DPOAE
ABSTRACT: Kemoterapi
neoadjuvan adalah induksi kemoterapi sebelum radioterapi dengan regimen
cisplatin dan 5-Fluorouracil. Kemoterapi cisplatin bersifat ototoksik pada
pendengaran sensorineural bilateral progresif dan bersifat irreversible.
Kriteria dari American Speech-Language Hearing Association (ASHA) dan Common
Terminology Criteria for Adverse Events (CTCAE) merupakan kriteria untuk
mengidentifikasi ototoksisitas dengan menggunakan audiometri, selain pemeriksaan
Distortion Product Otoacoustic Emissions (DPOAE). Tujuan: Mengidentifikasi
hubungan ototoksisitas dengan kemoterapi neoadjuvan pada penderita karsinoma
nasofaring (KNF) WHO tipe III menggunakan ASHA, CTCAE, serta DPOAE. Metode:
Studi ini adalah penelitian observasional dengan desain cohort. Kriteria
inklusi penelitian yaitu penderita baru KNF WHO tipe III, yang mendapatkan
kemoterapi regimen standar dan berusia <60 tahun. Kriteria pemeriksaan DPOAE
adalah penderita dengan ambang dengar ≤40 dB. Percontoh dilakukan pemeriksaan
timpanometri, audiometri, dan DPOAE. Hasil: Terdapat 9 sampel percontoh
penelitian. Uji repeated-ANOVA menunjukkan tidak ditemukan perbedaan bermakna
pada tiga hasil pengukuran audiometri antara pascakemoterapi pertama, kedua, dan
ketiga (p>0,05). Deteksi awal ototoksisitas menggunakan kriteria ASHA
menunjukkan sensitivitas sebesar 67% dan dan CTCAE 44%, dibandingkan baku emas
menggunakan DPOAE. Kesimpulan: Ototoksisitas cisplatin ditemukan sejak
kemoterapi pertama dengan menggunakan pemeriksaan DPOAE walaupun tidak bermakna
secara statistik. Kemampuan DPOAE untuk mendeteksi awal ototoksisitas lebih
baik dibandingkan kriteria ASHA dan CTCAE yang menggunakan audiometri nada
murni.
Kata kunci: Karsinoma
nasofaring, ototoksisitas sisplatin, DPOAE, CTCAE, ASHA
Penulis: Meyrna Heryaning
Putri, Pudji Rahaju, Dyah Indrasworo
Kode Jurnal: jpkedokterandd170593