WALLENBERG’S SYNDROME
ABSTRACT: Wallenberg’s
syndrome dikarakteristikan dengan adanya defisit sensoris yang mengenai badan
dan ekstremitas yang berlawanan dengan lesi infark serta defisit motorik yang
mengenai wajah dan nervus kranial di sisi yang sama dengan lesi infark.
Wallenberg’s syndrome atau lateral medullary syndrome atau sindroma arteri
cerebelar posterior inferior (PICA syndrome) disebabkan karena adanya cedera
pada bagian lateral medula di otak akibat obstruksi arteri cerebelar posterior
inferior atau dengan tersumbatnya arteri vertebralis. Manifestasi klinis
wallenberg’s syndrome adalah vertigo dan sakit kepala, ataksia gait cerebelar,
disfagia, disfonia, horner’s syndrome dan abnormalitas sensoris termasuk wajah
dan tubuh. CT-scan atau MRI dengan metode diffusion-weighted neuroimaging
menjadi metode yang paling efektif untuk menilai pasien yang memiliki tanda dan
gejala wallenberg’s syndrome. Penatalaksanaan terdiri atas perbaikan keadaan
umum, medikamentosa dan rehabilitasi. Recombinant tissue activator plasminogen
(rT-Pa), nimodipin dan antiplatelet dapat diberikan pada penyakit ini.
Rehabilitasi yang dapat diterapkan adalah balance training karena keseimbangan
berdiri pasien wallenberg’s syndrome lebih buruk pada semua indeks dibandingkan
dengan orang normal. Rehabilitasi untuk ketidakseimbangan dimulai dari
penilaian fisik ekstremitas bawah, kontrol keseimbangan, gait dan endurans.
Dynamic balance dan gait training, serta visual feedback training menjadi
bagian dari program ini.
Kata kunci: CVD, PICA, stroke,
wallenberg’s syndrome
Penulis: Zelta Pratiwi
Gustimigo, Fitriyani
Kode Jurnal: jpkedokterandd170337
