Studi Retrospektif: Kista dan Abses Bartholin
ABSTRAK: Kista Bartholin
merupakan pembesaran duktus bagian distal akibat suatu penyumbatan. Kista Bartholin
terinfeksi dapat berkembang menjadi abses. Penyakit ini umumnya terjadi pada
wanita usia reproduktif. Penanganan ideal terhadap penyakit ini masih
kontroversial. Tujuan: Mengevaluasi manajemen pasien baru kista dan abses
Bartholin melalui penegakan diagnosis dengan cara anamnesis dan pemeriksaan
fisik. Metode: Penelitian ini adalah studi deskriptif retrospektif. Data
berasal dari rekam medis pasien baru kista dan abses Bartholin di Divisi
Infeksi Menular Seksual (IMS) Unit Rawat Jalan (URJ) Kesehatan Kulit dan
Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya periode tahun 2012-2014. Hasil: Selama tahun
2012-2014, didapatkan 46 pasien kista Bartholin dan 25 pasien abses Bartholin.
Waktu kunjungan pasien cenderung merata sepanjang tahun tanpa adanya pola yang
khas. Pasien terbanyak berusia 25-44 dan berstatus menikah. Berdasarkan
anamnesis, sebesar 65,2% pasien kista dan 80,0% abses Bartholin mengeluh adanya
benjolan. Hasil pemeriksaan fisik, sebesar 39,1% kista dan 44,0% abses
Bartholin berukuran 1-3 cm, sebagian besar memiliki permukaan rata, konsistensi
kenyal, dan terdapat tanda radang. Pemeriksaan Gram dan sediaan basah dilakukan
pada 84,8% kista dan 72,0% abses Bartholin dan menunjukkan hasil yang normal.
Pengobatan terbanyak yang diberikan kepada pasien kista adalah antibiotik
(60,9%). Pasien abses Bartholin bisa mendapatkan lebih dari satu jenis
pengobatan dan pengobatan terbanyak berupa antibiotik (64,0%) dan non-steroidal
anti-inflammatory drugs (72%). Simpulan: Penegakan diagnosis kista dan abses
Bartholin dilakukan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan penunjang. Kista
dan abses Bartholin sebagian besar ditatalaksana dengan antibiotik dan NSAID,
tindakan pembedahan terbanyak adalah marsupialisasi.
Kata kunci: kista, abses,
kelenjar Bartholin
Penulis: Tjokorde Istri Nindya
Vaniary, Sunarko Martodihardjo
Kode Jurnal: jpkedokterandd170472
