PENGARUH MEROKOK DAN DEFISIENSI ALFA-1 ANTITRIPSIN TERHADAP PROGRESIVITAS PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIS (PPOK) DAN EMFISEMA
ABSTRACT: Penyakit paru
obstruktif kronis (PPOK) adalah penyakit yang ditandai oleh keterbatasan aliran
udara di saluran napas yang tidak sepenuhnya reversibel. Hal tersebut
menyebabkan kesulitan untuk mengeluarkan udara dari paru-paru. Kesulitan dalam
mengeluarkan udara dari paru-paru ini (obstruksi jalan napas) dapat menyebabkan
sesak napas atau perasaan lelah karena usaha yang lebih keras untuk bernapas.
Pada tahun 2002, PPOK merupakan penyebab kematian kelima di dunia. Bronkhitis
kronis dan emfisema merupakan penyebab tersering. Emfisema merupakan
kontributor terbesar pada kejadian PPOK. Pada survey penderita PPOK di 17
Puskesmas di Jawa Timur ditemukan prevalensi emfisema paru 13,5%, bronkhitis
kronis 13,1%, dan asma 7,7%. Emfisema merupakan penyakit pernapasan yang dapat
menyebabkan kerusakan alveolar paru. Penyakit ini terjadi di parenkim paru.
Orang yang menderita emfisema biasanya mengalami sesak nafas. Adapun faktor
risikonya meliputi (1) merokok, (2) genetik, (3) infeksi pernapasan, (4) usia,
(5) jenis kelamin, dan (6) polusi. Namun merokok merupakan faktor risiko utama
yang dapat menyebabkan PPOK dan emfisema. Selain itu, terdapat juga faktor
genetik. Riwayat merokok dan adanya defisiensi alfa-1 antitripsin dapat
meningkatkan faktor risiko terjadinya PPOK dan emfisema. Merokok dapat
menyebabkan penurunan kadar alfa-1 antitripsin serum. Sedangkan pada perokok
yang menderita emfisema, defisiensi alfa-1 antitripsin dapat memperburuk
keadaan. Apabila pasien mempunyai riwayat merokok dan mengalami defisiensi
alfa-1 antitripsin, maka emfisema yang dideritanya akan lebih buruk dari pada
pasien yang hanya mempunyai riwayat merokok atau mempunyai defisiensi alfa-1
antitripsin.
Kata kunci: emfisema,
defisiensi alfa-1 antitripsin, perokok, PPOK
Penulis: Dwita Oktaria,
Maharani Sekar Ningrum
Kode Jurnal: jpkedokterandd170260
