PERANAN “BANTAL SOSIAL” PADA MATA PENCAHARIAN NELAYAN SKALA KECIL DI JAWA
ABSTRACT: Salah satu alasan
yang kuat nelayan tangkap skala kecil tetap melaut meskipun mempunyai risiko
tinggi karena peluang/prospek pendapatan/penerimaan yang tinggi pada satu saat.
Risiko melaut tidak hanya membuat ketidakpastian tetapi juga karena risiko
biaya operasional yang tinggi. Dihadapkan dengan kondisi biaya operasional
yang tinggi, nelayan menggunakan
strategi yang berbeda, salah satunya melekat pada peran tengkulak. Dalam
pandangan konvensional, pedagang perantara/ langgan sebagai hambatan bagi
nelayan untuk menjadi kompetitif di pasar. Namun di negara berkembang seperti
Indonesia, mereka memainkan peran penting sebagai "bantal sosial"
dalam kehidupan nelayan skala kecil. Tujuan penelitian adalah menyelidiki
tingkat kecenderungan keterikatan hubungan langgan/pedagang antara sebagai
“bantal sosial” dengan nelayan di dua daerah penangkapan ikan yang menonjol di
pantai utara dan pantai selatan Jawa. Analisis data dilakukan dengan metode
analisis kuantitatif yaitu model analisis multinomial logistik. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa nelayan dari pantai utara cenderung sangat kuat
hubungannya dengan perantara untuk kelangsungan hidupnya dibandingkan dengan
nelayan di pantai selatan. Implikasi dari temuan tersebut bahwa peran sentral
langgan/perantara/tengkulak/langgan merupakan bentuk hubungan yang bersifat
ekonomi dimana kedua belah pihak bisa mengambil keuntungan. Pola hubungan bukan
hanya sekedar sebagai penyangga, namun lebih dari itu yaitu berfungsi sebagai
“bantal” sosial (social cushion) para nelayan. Hubungan seperti ini merupakan
bentuk layanan dimana para nelayan bisa mendapatkan alternatif layanan jasa
“kredit” dari para perantara/langgan/tengkulak. Bentuk layanan seperti yang
diperankan oleh langgan/pedagang perantara selama ini belum bisa digantikan
oleh lembaga pemerintah yang resmi, dimana pola hubungan tersebut sangat
dibutuhkan oleh nelayan skala kecil. Pola hubungan tersebut selain dipengaruhi
oleh lokasi, juga dipengaruhi oleh status kepemilikan kapal, lama kepemilikan
kapal dan jumlah ABK.
KEYWORDS: mata pencaharian,;
tengkulak; nelayan skala kecil; resiko; "bantal sosial"
Penulis: Budi Wardono, Akhmad
Fauzi
Kode Jurnal: jpperikanandd160513