ANALISIS TEBAL PERKERASAN LENTUR JALAN BARU MENGGUNAKAN MANUAL DESAIN PERKERASAN JALAN (MDP) 2013
Abstract: Pada Bina Marga 2013
dijelaskan bahwa empat tantangan terkait isu kinerja aset jalan di Indonesia
sudah diakomodir. Keempat tantangan tersebut berupa beban berlebih, temperatur
perkerasan tinggi, curah hujan tinggi, dan tanah lunak. Empat tantangan
diuraikan sebagai parameter yang harus diuji pada pedoman sebelumnya. Pedoman
desain perkerasan yang ada diantaranya Pt T-01-2002-B dan Pd T-05-2005 tetap
valid namun solusi desain harus memenuhi persyaratan dalam manual ini terutama
dengan umur rencana, faktor kerusakan (VDF), desain pondasi jalan, dan beban
berlebih.
Untuk mempersingkat proses perhitungan tebal perkerasan menggunakan
metode Bina Marga 2002, pada penelitian ini dibuat dalam bentuk grafik/nomogram
desain hubungan antara kumulatif beban sumbu standar, W18 dan tebal perkerasan
untuk lapis pondasi berbutir dan lapis pondasi CTB. Kisaran W18 adalah 300.000
ESAL ~ 30.000.000 ESAL serta nilai CBR tanah dasar berkisar 2% ~ 10% dengan
kenaikan 1%.
Dari hasil perhitungan, dengan data LHR sebesar 11.880 kend/hari dimana
proporsi LV= 95% dan HV = 5% pada ruas jalan Mapanget – Kairagi tahun
2016, perhitungan W18 menurut Bina Marga
2002 adalah sebesar 7.535.757 ESAL, perhitungan CESA menurut Bina Marga 2005
adalah sebesar 9.165.713 ESAL, dan perhitungan CESA4 menurut Bina Marga 2013
adalah sebesar 10.413.211 ESAL. Berdasarkan Bina Marga 2013, dengan penajaman
desain terhadap umur rencana dan faktor kerusakan (VDF), maka perkerasan harus
didesain dengan menggunakan desain 3 yaitu menggunakan struktur perkerasan
AC-WC dan CTB. Sedangkan penajaman untuk
tanah lunak (CBR ≤ 6%), penanganan berupa penggunaan lapis penopang (capping
layer) setebal 300 mm. Setelah dilakukan koreksi terhadap temperatur maka total
tebal lapis beraspal dikali dengan faktor sebesar 0,91. Penajaman desain
memperlihatkan bahwa desain tebal perkerasan berubah dari 655 mm menjadi 1110
mm, suatu indikasi tebal perkerasan semakin kuat. Namun dengan menggunakan CTB
maka tebal perkerasan beraspal berkurang dari 195 mm menjadi 60 mm, suatu
pengurangan yang sangat berarti yaitu sebesar 135 mm, merupakan indikasi
perkerasan yang semakin ekonomis. Jika kontraktor kurang berkompeten serta
sumber daya tidak memadai untuk mengerjakan konstruksi CTB, maka solusi
menggunakan lapis pondasi Agregat Kelas A dapat digunakan.
Penulis: Ricky Yauri, Theo K.
Sendow, Freddy Jansen
Kode Jurnal: jptsipildd160345