REPRESENTASI BUDAYA POPULER DALAM FILM “SLANK NGGAK ADA MATINYA” KARYA FAJAR BUSTOMI
Abstrak: Lahirnya modernisasi
kehidupan telah banyak merubah cara pandang dan pola hidup masyarakat, sehingga
perbedaan yang terlahir adalah terciptanya budaya masyarakat yang konsumtif dan
hedonis dalam lingkungan masyarkat. Film “Slank Nggak Ada Matinya” tidak hanya
menyuguhkan tentang kelucuan-kelucuan saja, namun dalam film ini terdapat unsur
budaya populer dari segi gaya hidup, cara berpakaian (ciri khas), serta
kebiasaan (perilaku) yang cinta damai sehingga para fans atau orang-orang yang
mengetahui tentang group band Slank kerap kali mengikuti apa saja yang mereka
lakukan ketika dipanggung maupun diluar panggung. Dari apa yang telah
dipaparkan diatas, maka dari itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “Analisis Budaya Populer Dalam Film Slank Nggak Ada Matinya”
Analisis budaya populer dalam film “Slank Nggak Ada Matinya” menggunakan
model analisis Roland Barthes, dengan menentukan penanda denotasi dan konotasi
yang mengandung makna seperti, banyak disukai orang dan karya yang dilakukan
untuk menyenangkan orang menurut Williams dalam Storey (2003).
Setelah meneliti dapat disimpulkan bahwa dalam film ini, grup band slank
sebagai sosok idola yang memiliki ciri khas dan menjadi sebuah ikon sebagai
generasi biru yang di artikan sebagai generasi baru untuk masa mendatang.
Dimana unsur budaya populer dalam film ini menunjukan bahwa dari setiap ucapan,
bahasa tubuh dan juga aksi dari bintang film Slank memberi efek yang kuat
kepada masyarakat, khususnya slankers. Maskulinitas di dalam film ini ditampilkan
sangat menonjol bila dilihat dari sosok aktor Kaka, Bimbim, Ridho, Ivanka,
Abdee. Dari masing-masing aktor tersebut terlihat jantan. Film ini mengajarkan
bahwa manusia harus belajar dari kesalahan, dan juga memberi pembelajaran untuk
tidak melakukan hal-hal yang melanggar hukum.
Penulis: Dwi Dicky Febry
Rahardjo
Kode Jurnal: jpkomunikasidd160216