Ekspresi CD3 dan CD26 pada Limfosit T sebagai Biomarker Potensial Penyakit Systemic Lupus Erythematosus

Abstract: Systemic lupus erythematosus (SLE) merupakan penyakit autoimun yang sering dijumpai pada wanita. Penyakit ini ditandai oleh hiperautoreaktivitas limfosit T dan B. Di dalam sistem imun, CD3 dibantu CD26 sebagai molekul kostimulator berkaitan erat dengan aktivasi dan migrasi limfosit T. Pada penyakit SLE, ekspresi CD3 dan CD26 serta aktivitas enzim CD26 belum diketahui. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui ekspresi CD3 dan CD26 dalam darah serta kultur limfosit T pasien SLE. Rancangan penelitian ini bersifat eksperimen laboratorium dengan pendekatan studi retrospektif. Penelitian dilakukan di Laboratorium Biomedik, Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta selama lima bulan (Mei–September 2012). Diagnosis SLE ditentukan menurut kriteria dari American College of Rheumatology (ACR). Darah vena diambil dari tiga pasien SLE dan dua orang sehat. Satu µg/mL phytohaemmaglutinin (PHA) digunakan untuk stimulasi kultur limfosit T. Ekspresi CD3 dan CD26 ditentukan dengan flows sytometry. Substrat H-Gly-Pro pNA digunakan untuk menguji aktivitas enzim CD26. Data yang terkumpul dianalisis dengan uji t. Ekspresi CD3 dan CD26 menurun dalam darah dan kultur limfosit T pada pasien SLE dibanding dengan kontrol, sedangkan aktivitas enzim CD26 pada kultur limfosit T pasien SLE lebih tinggi daripada kontrol (0.042 vs 0.030 U/mL), tetapi perbedaan tersebut tidak bermakna secara statistik (p>0.05). Simpulan, terdapat penurunan ekspresi CD3 dan CD26 baik disirkulasi darah maupun di kultur limfosit T subtipe CD4+. CD3 dan CD26 berpotensi sebagai biomarker penting untuk SLE. Namun, riset lanjutan masih perlu dilakukan untuk menjelaskan peran keduanya dalam patogenesis penyakit SLE.
Kata kunci: CD3, CD26, systemic lupus erythematosus (SLE)
Penulis: Yuliana Heri Suselo, Balgis, Dono Indarto
Kode Jurnal: jpkedokterandd160112

Artikel Terkait :