Krisis Barat Modern Menurut Nasr
Abstract: Abad modern di Barat
dimulai pada abad XVII, sekaligus merupakan awal kemenangan supremasi
rasionalisme, empirisme dan posistivisme dari dogmadogma agama Ktisten. Abad
modern di Barat adalah zaman ketika manusia menemukan dirinya sebagai kekuatan
yang dapat menyelesaikan persoalan-persoalan hidupnya. Manusia dipandang
sebagai makhluk yang bebas yang independen dari Tuhan dan alam. Manusia modern
di Barat sengaja membebaskan diri dari tatanan ilahiah untuk kemudian membangun
suatu tatanan yang semata-mata berpusat pada diri manusia, yang selanjutnya
berakibat pada pemutusan nilai-nilai spritual. Modernisme di dunia Barat adalah
bersifat anthropomorphisme yang menunjukkan kriteria dan instrumen pengetahuan
bahwa yang menetapkan sains adalah semata-mata manusia. Dalam pandangan Sayyed
Hossein Nasr ( selanjutnya disebut Nasr ), empirisme dan rasionalisme tidak
dapat bertindak sebagai prinsip-prinsip dalam pengertian metafisika. Akibatnya
pemikiran Barat modern tidak memiliki kepekaan terhadap yang sakral, mengingat
humanisme modern tidak terpisahkan dari sekularisme. Untuk dapat menemukan
kembali integritas manusia dan alam secara utuh, Nasr menekankan bahwa manusia
harus berada pada titik pusat (Tuhan), mampu mengambil jarak dari kenyataan
yang senantiasa berubah dan serba propan. Ringkasnya Nasr menghendaki agar
manusia modern memikirkan kembali kehadiran Tuhan yang merupakan dasar suatu
kebijakan hidup. Nasr dengan gagasan Islam tradisionalnya, tampaknya ingin
mengajukan sebuah kebutuhan untuk menghidupkan kembali sains-sains tradisional
dan kosmologis di tengah dunia modern, yang akan dapat memainkan peranan dalam
membangkitkan kesadaran akan kesatuan sains dan pengetahuan spritual.
Menghidupkan kembali sains tradisional, tidak berarti Nasr menolak metode
eksprimen serta perangkatperangkat penelitian ilmiah modern yang telah terbukti
sangat berhasil dalam sudi kuantitatif alam semesta. Tetapi Nasr menginginkan
adanya perubahanperubahan fundamental dalam metode manusia modern terhadap
realitas dan pengetahuan.
Penulis: Saleh Nur
Kode Jurnal: jpperadabanislamdd110255