Stockholm Syndrome pada Wanita Dewasa Awal yang Bertahan dalam Hubungan yang Penuh Kekerasan
Abstrak: Kasus kekerasan dalam
Pacaran bukanlah hal baru di Indonesia, namun belum banyak studi yang membahas
mengenai wanita yang bertahan dalam hubungan yang penuh kekerasan. Penelitian ini
membahas tentang wanita yang bertahan dalam hubungan yang penuh kekerasan
dengan menggunakan teori Stockholm Syndrome. Stockholm Syndrome adalah suatu
kondisi paradoks psikologis dimana timbul ikatan yang kuat antara korban
terhadap pelaku kekerasan, ikatan ini meliputi rasa cinta korban terhadap
pelaku, melindungi pelaku yang telah menganiayanya, menyalahkan diri sendiri
sebagai penyebab kekerasan, menyangkal atau meminimalisir kekerasan yang
terjadi disebut dengan (Graham, 1995). Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif
dengan metode studi kasus instrumental. Fokus penelitian ini meliputi kondisi dalam
hubungan yang dominan menjadi indikator berkembangnya Stockholm Syndrome,
distorsi kognitif yang muncul dalam diri korban, dan alasan apa yang membuat
korban bertahan dalam hubungannya. Terdapat 3 orang subjek penelitian yang
diperoleh melalui teknik purposif. Teknik analisa data yang digunakan adalah
analisis tematik pada transkrip wawancara yang telah dibuat verbatim. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat
tiga kondisi dominan yang menunjukkan adanya Stockholm Syndrome dalam hubungan
yang penuh kekerasan yaitu ancaman untuk tidak meninggalkan pelaku, isolasi
dari orang terdekat, dan kebaikan yang ditunjukkan pelaku. Terdapat sekitar
sepuluh distorsi kognitif yang muncul dalam diri wanita yang bertahan dalam
hubungan yang penuh kekerasan. Serta alasan wanita bertahan dalam hubungan yang
penuh kekerasan memiliki kesamaan dasar, yaitu keinginan untuk memperbaiki perilaku
pasangan.
Penulis: Irma Sekarlina, Margaretha
Kode Jurnal: jppsikologiklinisdd130018