Perbedaan Pengaruh Air Beroksigen Tinggi dengan Air Mineral terhadap Saturasi Oksigen dan pH Urin: Studi Eksperimental terhadap Sukarelawan Setelah Berolahraga

ABSTRAK:  Selama berolahraga, kadar CO2 dalam darah mengalami peningkatan yang mengakibatkan asidosis sehingga ginjal memproduksi urin yang bersifat asam. Dengan minum air beroksigen tinggi diharapkan tubuh tidak mengalami asidosis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pengaruh air beroksigen tinggi dan air mineral terhadap saturasi O2 dan pH urin setelah lari 100 m. Metode Penelitian:  Penelitian menggunakan  crossover design. Seluruh sukarelawan yang berjumlah 46 orang dibagi menjadi 2 kelompok, satu kelompok mendapatkan perlakuan dengan air beroksigen tinggi, sedangkan kelompok lain mendapatkan perlakuan air mineral. Setelah 24 jam, kedua kelompok di-crossover. Dua puluh menit setelah perlakuan, sukarelawan diminta berlari cepat 100 m kemudian diukur pH urin. Saturasi O2 diukur sebelum dan sesudah perlakuan. Data dianalisis dengan uji  Wilcoxon.
Hasil Penelitian: Rerata saturasi O2 sebelum dan setelah pemberian air beroksigen tinggi adalah 96,78±1,32 dan 97,61±0,93. Saturasi O2 sebelum dan setelah pemberian air mineral adalah 97,35±0,85 dan 97,01±1,04. pH urin pada pemberian air beroksigen tinggi adalah 6,643±0,69 dan pemberian air mineral adalah 6,585±0,58. Hasil uji  Wilcoxon menunjukkan terdapat perbedaan saturasi O2 yang bermakna (p=0,002) antara sebelum dan setelah pemberian air beroksigen tinggi, tetapi pada pemberian air mineral tidak terdapat perbedaan bermakna (p=0,059). Hasil uji  Wilcoxon menunjukkan tidak terdapat perbedaan pH urin yang bermakna (p=0,498) antara pemberian air beroksigen tinggi dan air mineral. Akan tetapi, pH urin pada pemberian air beroksigen tinggi lebih tinggi daripada pH urin pada pemberian air mineral.
Kesimpulan: Air beroksigen tinggi lebih meningkatkan saturasi O2 dan pH urin dibandingkan dengan air mineral (Sains Medika, 3(2):162-167).
Kata kunci:  air beroksigen tinggi, air mineral, pH urin, saturasi oksigen, olahraga
Penulis: Naila Shulya Ellyana, Hadi Sarosa, Atina Hussaana
Kode Jurnal: jpkedokterandd110088

Artikel Terkait :