Perbandingan Efektifitas Kloramfenikol dan Gentamisin pada Dakriosistitis Bayi
ABSTRAK: Dakriosistitis merupakan infeksi sistem
saluran lakrimalis yang salah satu penyebabnya adalah stenosis akibat blok
membran pada katub Hasner yang sering diderita oleh bayi. Pengobatan dakriosistitis
dengan melakukan tindakan masase nasolakrimal dan pemberian antibiotika topikal
tetes yang bersifat broad spektrum. Kloramfenikol dan gentamisin merupakan
antibiotika yang masih banyak digunakan di daerah-daerah di Indonesia, sehingga
perlu diketahui perbandingan efektifitas keduanya. Penelitian ini bertujuan
untuk membandingkan efektifitas gentamisin dan kloramfenikol dalam pengobatan
dakriosistitis bayi secara klinis dan bakteriologis, mengetahui pola kuman dan
pola kepekaan kuman terhadap berbagai antibiotika pada dakriosistitis bayi.
Metode Penelitian: Penelitian ini
adalah suatu penelitian intervensi acak terkendali (randomized controlled
trial). Sampel yang didapat terbagi secara acak dalam 2 kelompok: kelompok K
yang mendapat terapi kloramfenikol 6 kali sehari 1 tetes pada mata yang sakit
selama 14 hari. Kelompok G mendapat terapi gentamisin 6 kali sehari 1 tetes
pada mata yang sakit selama 14 hari. Evaluasi klinis dilakukan pada minggu I
dan ke II dan evaluasi mikrobiologis dilakukan pada saat sebelum mendapat
pengobatan dan akhir minggu ke II. Kriteria sembuh secara klinis bila tanda dan
gejala dakriosistits hilang, sedangkan sembuh secara mikrobiologis apabila
tidak didapatkan kuman pada sekret dari saluran lakrimalis. Pemberian obat
tetes antibiotika diberikan setelah dilakukan masase di daerah saluran
lakrimalis dan sekret yang keluar dibersihkan. Dilakukan pengecatan Gram,
kultur kuman dan sensitivity test di laboratorium
mikrobiologi.
Hasil Penelitian: Didapatkan
sebanyak 23 penderita pada kelompok K dan 23 pada kelompok G. Kesembuhan klinis
dan mikrobiologis pada pengobatan kloramfenikol sebesar 52,2% dan gentamisin 43,5%
(p = 0,832 dan p = 0,670). Pola kuman dakriosistitis bayi terbanyak adalah Stafilokokus aureus (45,7%) dan diikuti
oleh Pseudomonas (21,7%), Enterobacter sp (17,4%) Escherichia coli (10,9%) dan Stafilokokus
epidermidis (4,3%). Kuman kokus Gram (+) masih mendominasi pola kuman
dakriosistitis bayi. Sensitifitas kuman penyebab dakriosistitis terhadap
kloramfenikol dan gentamisin adalah Stafilokokus aureus 57,1%, Pseudomonas aureginosa 50%, Enterobacter sp 87,5%, Escherichia coli 40% dan Stafilokokus epidermidis 100%.
Kesimpulan: Hasil evaluasi klinis
dan mikrobiologis pada pengobatan kloramfenikol dan gentamisin menunjukkan
tidak berbeda bermakna.
Penulis: Christina Indrajati,
Norma D. Handojo, Winarto
Kode Jurnal: jpkedokterandd110092