Disain Anyaman Bambu Yang Dimodifikasi Sebagai Bahan Pengganti Geotextil Untuk Pemisah Antara Lapis Pondasi Bawah Jalan Dengan Tanah Dasar Lunak

Abstract: Masalah yang sering timbul pada jalan yang dibangun di atas tanah lunak dan rawa antara lain adalah kehilangan tanah urugan pada proses pembuatan jalan dan timbulnya deformasi yang tidak seragam. Kendala- kendala di atas dapat diatasi apabila dilakukan penelitian terhadap sumber-sumber bahan lokal yang ada untuk dimanfaatkan sebagai bahan pengganti geotekstil seperti penggunaan anyaman bambu yang berfungsi sebagai pemisah antara tanah dasar yang lunak dan pondasi bawah jalan. Pengujian terhadap tanah meliputi pengujian Kadar Air (ASTM D 2216-80), Berat jenis (ASTM D 854-23), Batas Cair dan Batas Plastis (ASTM D 422-63), Batas Susut (ASTM D 427), Pemadatan (ASTM D 1557) dan CBR (ASTM 1883-87). Sedangkan untuk bambu dilakukan pengujian Grab Tensile Strength (ASTM D 4632). Dari pengujian di laboratorium terhadap tanah Dadok-Padang didapatkan nilai kadar air tanah asli sebesar 311,03 %, berat jenis tanah 0,5 gr/cm3, batas cair 180 %, batas plastis 163,32 %, Indeks Plastisitas 16,68 %, kadar air optimum (womc) 78,47 %, berat isi tanah kering (d) 0,43 gr/cm3 dan nilai CBR ≤ 3 %. Berdasarkan hasil tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa tanah ini adalah tanah lunak dengan kadar air yang tinggi dan mempunyai daya dukung yang rendah. Untuk uji anyaman bambu didapatkan Beban Maksimum 7447 N dan jika dibandingkan dengan geotekstil dengan pengujian yang sama untuk jenis produk C300 Beban Maksimumnya adalah 890 N. Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa jika dilihat dari besarnya Beban Maksimum, maka anyaman bambu bisa digunakan sebagai alternatif lapisan pemisah antara sub base dan sub grade.
Kata kunci: anyaman bambu, tanah lunak, lapis pemisah
Penulis: Yelvi
Kode Jurnal: jptsipildd080030

Artikel Terkait :