PERANAN TUMENGGUNG SECONEGORO DALAM PERANG DIPONEGORO DI KADIPATEN LEDOK (1825-1830)
ABSTRAK: Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui: 1) kondisi Kadipaten Ledok pada masa Perang
Diponegoro, 2) menjelaskan Peranan Tumenggung Seconegoro dalam Perang
Diponegoro dan 3) menjelaskan eksistensi Tumenggung Seconegoro pasca Perang
Diponegoro di Kadipaten Ledok.
Penulisan skripsi ini menggunakan metode sejarah kritis melalui studi
pustaka dengan menggunakan metode penelitian menurut Kuntowijoyo. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) Kadipaten Ledok pra Perjanjian Giyanti
merupakan Nagaragung sedangkan Pasca Perjanjian Giyanti Kadipaten Ledok
memiliki status yang tidak jelas antara milik Kasultanan dan Kasunanan.
Kadipaten Ledok merupakan medan Pertempuran Perang Dipongoro karena letak yang
strategis sehingga sulit dijangkau oleh Pasukan Belanda, Perang Diponegoro
digunakan sebagai sarana penyebaran Agama Islam oleh para tokoh lokal pendukung
Diponegoro. 2) Tumenggung Seconegoro berperan sebagai panglima perang di daerah
Kedu Selatan dan mendapatkan apanage sebanyak 10.000 cacah dengan kekuatan 1000
orang prajurit. Peranan Tumenggung Seconegoro tidak hanya di daerah Kedu
melainkan bergerak di berbagai wilayah seperti pada saat pertempuran di
Logarok, Bagelen, Delanggu dan Ledok. Peranan Tumenggung Seconegoro juga
didukung oleh tokoh-tokoh lokal di Kadipaten Ledok. 3) Eksistensi Tumenggung
Seconegoro di Kadipaten Ledok pasca Perang Diponegoro yaitu dengan di pindahnya
pusat Pemerintahan Kadipaten Ledok dari desa Ledok, Selomerto ke Wonosobo.
Kata Kunci: Tumenggung
Seconegoro, Kadipaten Ledok, Perang Diponegoro
Penulis: IKA FATMAWATI
Kode Jurnal: jpsejarah&umumdd130047