Kombinasi Pasteurisasi, Suhu, dan Masa Simpan Terhadap Kadar Aflatoksin pada Selai Kacang Tanah


Abstrak: Selai kacang tanah merupakan salah satu komoditi lokal yang tinggi lemak dan protein sehingga dapat digunakan sebagai makanan tambahan untuk anak usia balita memenuhi kebutuhan gizi harian. Tetapi, jika pengolahan selai kacang tanah kurang tepat maka akan menyebabkan berpotensi terjadi pertumbuhan Aspergillus flavus yang dapat menyebabkan kadar aflatoksin >20 ppb sehingga menjadi tidak aman untuk dikonsumsi serta menye-babkan sirosis hepatis akut maupun kronis. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah suhu dan waktu pasteurisasi mempunyai pengaruh pada peningkatan kadar aflatoksin selai kacang tanah yang disimpan dalam jangka waktu 3 minggu. Rancangan penelitian menggunakan Nested Design 3 faktor. Faktor I, pembuatan selai kacang tanah (K1=tanpa pasteurisasi, K2=pasteurisasi 71oC, 10 menit, K3=pasteurisasi 80oC,1 menit), setiap kelompok terdiri dari 3 kali ulangan. Faktor II, waktu penyimpanan dalam minggu (M0, M1, M2, dan M3). Faktor III, suhu simpan (T1=suhu kamar, T2=suhu dingin). Pengujian kadar aflatoksin menggunakan metode ELISA. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan kadar aflatoksin yang signifikan (p=0.001) pada selai kacang tanah yang diberi perlakuan tanpa pasteurisasi dan dengan pasteurisasi. Terjadi peningkatan kadar aflatoksin pada selai kacang tanah setelah di simpan 3 minggu, yang berkisar antara 6.035 – 7.196 ppb. Dapat disimpulkan bahwa pasturisasi 80oC, 1 menit dan suhu simpan dingin selama 3 minggu dapat memperlambat pembentukan aflatoksin pada selai kacang tanah. Selai kacang tanah masih aman di konsumsi dalam jangka waktu 3 minggu, karena kadar aflatoksin masih di bawah <20 ppb.
Kata Kunci: selai kacang tanah, aflatoksin, pasteurisasi, suhu kamar, suhu dingin
Penulis: Titis Sari Kusuma, Joni Kusnadi, Sri Winarsih
Kode Jurnal: jpkesmasdd170196

Artikel Terkait :