Studi Retrospektif: Pengobatan Oral pada DermatitisAtopik
ABSTRAK: Dermatitis atopik
(DA) merupakan penyakit keradangan kulit kronis yang ditandai dengan rasa gatal
kumatkumatan. Prevalensi DA pada anak sekitar 10-20% sedangkan pada dewasa
1-3%. Berbagai faktor turut berperan pada patogenesis DAseperti faktor genetik,
kelainan imunologik, dan faktor lingkungan. Saat ini terdapat kemajuan dalam
pengobatan DA, namun secara umum belum didapatkan penatalaksanaan yang
memuaskan. Terapi sistemik dapat dipertimbangkan untuk diberikan pada pasien DA
yang persisten, lesi luas, dan tidak berespons terhadap terapi lainnya.
Antihistamin dapat digunakan sebagai terapi tambahan. Antibiotik oral dapat
diberikan apabila terdapat indikasi. Kortikosteroid sistemik bila diperlukan
dapat diberikan dalam jangka waktu yang
pendek. Tujuan: Mengevaluasi pengobatan oral pasien DA untuk meningkatkan
pelayanan terhadap pasien di masa yang akan datang. Metode: Studi retrospektif
pasien DA di Divisi Alergi-Imunologi Unit Rawat Jalan (URJ) Rumah Sakit Umum
Daerah (RSUD) Dr. Soetomo Surabaya selama periode 1 Januari 2009 sampai dengan
31 Desember 2011. Data didapatkan dari rekam medis. Hasil: Pasien DA yang
mendapat pengobatan oral sebesar 11,7%. Antihistamin yang terbanyak diberikan
adalah mebhidrolin napadisilat yaitu sebanyak 51,5% pasien. Kortikosteroid yang
terbanyak diberikan adalah deksametason yaitu pada 33,6% pasien. Pemberian
deksametason dilakukan secara tapering off pada 7,9% pasien. Pengobatan
antibiotik dengan eritromisin pada 4,8% pasien dan kloksasilin pada 0,3%
pasien. Simpulan: Antihistamin merupakan pengobatan oral yang terbanyak
digunakan. Beberapa pasien DA juga diberikan kortikosteroid oral. Pengobatan antibiotik
diberikan bila didapatkan tanda-tanda infeksi sekunder.
Kata kunci: dermatitis atopik,
studi retrospektif, pengobatan oral
Penulis: Yuri Widia, Marsoedi
Hutomo
Kode Jurnal: jpkedokterandd150719