Sindrom Dermatofitosis Kronis
ABSTRAK: Infeksi kulit oleh
Tricophyton rubrum merupakan infeksi jamur superfisial terbanyak. Organisme ini
dapat menyebabkan suatu sindrom spesifik yang mengenai pasien yang rentan
dengan manifestasi yang berbeda-beda, sehingga seringkali tidak disadari oleh
klinisi sebagai bagian dari suatu sindrom. Meskipun sudah dilaporkan di
berbagai literatur, namunmasih belum ada nomenklatur yang jelas mengenai
sindrom ini. Tujuan: Membantu dalam menegakkan diagnosis danmemberikan
pengobatan yang tepat, karena kasus seringkali luput dari perhatian. Telaah
kepustakaan: Bohmer dan kawankawan memberikan definisi sindrom dermatofitosis
kronis dengan kriteria, yaitu (A) adanya lesi kulit di empat lokasi: (1) kaki, seringkali
mengenai telapak kaki, (2) tangan, biasanya telapak tangan, (3) kuku, dan (4)
sekurang-kurangnya satu lesi di lokasilain dari tubuh, kecuali lipat paha; (B)
hasil pemeriksaan KOH positif dari kerokan kulit di keempat lokasi; (C)
identifikasi T. rubrum dari kultur sel di setidaknya tiga dari empat lokasi.
Diagnosis ditegakkan bila memenuhi kriteria (A) and (B) and (C). Sindrom ini
seringkali gagal dengan pengobatan konvensional dan kambuh kembali setelah
pengobatan dihentikan. Obat antijamur pilihan yang paling tepat adalah
itraconazole dan terbinafine. Simpulan: Dalam menegakkan diagnosis, manifestasi
klinis harus dikonfirmasi oleh pemeriksaan mikroskopik (KOH) dan kultur, untuk
menentukan ada tidaknya jamur spesies tertentu.
Kata kunci: sindrom
dermatofitosis kronis, Tricophyton rubrum
Penulis: EsthyYuliana, Evy
Ervianti
Kode Jurnal: jpkedokterandd150742