KARAKTERISTIK FENOTIP DAN PENGEMBANGAN SAPI ACEH DI PROPINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM
Abstract: Sapi Aceh merupakan
kekayaan sumberdaya genetrik (SDG) salah satu rumpun sapi lokal Indonesia yang
telah ditetapkan berdasarkan keputusan Kementerian Pertanian nomor 2907 tahun
2011, bahwa Sapi Aceh mempunyai keseragaman bentuk, fisik dan komposisi genetik
serta kemampuan adaptasi dengan baik pada keterbatasan lingkungan; sehingga
perlu dilindungi, dilestarikan dan dikembangkan keunggulannya untuk kepentingan
pemuliaan. Penelitian bertujuan untuk mengetahui karakteristik, pola
pemeliharaan dan pengembangan Sapi Aceh di Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam
(NAD). Penelitian dilakukan secara survey pada beberapa kelompok atau wilayah
pengembangan Sapi Aceh yaitu Kabupaten Aceh Jaya, Kabupaten Aceh Besar,
Kabupaten Pidie, Kabupaten Bireuen, dan Kabupaten Lhok Semauwe. Data dianalisis
secara diskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Sapi Aceh dipelihara
secara turun temurun oleh masyarakat Aceh dan berkembang biak di Propinsi NAD,
mempunyai pola warna yang bervariasi mulai warna merah bata, kuning langsat,
putih hingga berwarna hitam, dengan warna dominan adalah merah bata. Beberapa
keunggulan Sapi Aceh antara lain, tahan terhadap penyakit di wilayah tropis, mempunyai
adaptasi yang baik pada iklim ekstrem dan wilayah marginal, reproduksi baik dan
mempunyai nilai ekonomi tinggi bagi masyarakat Aceh. Pola pemeliharaan sebagan
besar dilakukan secara tradisional yaitu dilepas atau digembalakan dan
pengembangbiakan dilakukan secara kawin alam, yang dimungkinkan perkawinan
antar keluarga (in breeding). Disimpulkan bahwa 1) Sapi Aceh telah berkembang
biak di Propinsi NAD dan mempunyai pola warna yang bervariasi, maka untuk
pemurnian dan pengembangan Sapi Aceh telah ditetapkan warna merah bata pada
Sapi Aceh betina dan merah kehitaman untuk Sapi Aceh jantan; 2) Sapi Aceh
dilakukan melalui pemberdayaan kelompok tani, dan pola pemeliharaan dilakukan
secara intensif dan semi intensif (dilepas di dalam kandang pelumbaran/mini ranch);
dan 3) sistem perkandangan untuk program pembibitan menggunakan kandang
kelompok/kumunal (tanpa diikat) atau kandang komunal yang diikat secara
individu. Sedangkan untuk penggemukan secara diikat secara individu dalam
kandang kelompok/kumunal.
Keywords: Sapi Aceh,
karateristik Fenotipe, dan Pengembangan
Penulis: Ainur Rasyid, Y.
Adinata, Yunizar Yunizar, L. Affandhy
Kode Jurnal: jppeternakandd170228