GANGGUAN MENTAL DAN PERILAKU AKIBAT STIMULANSIA TERMASUK KAFEIN

ABSTRACT: Gangguan mental dan perilaku akibat sabu-sabu (metamfetamin) dikelompokkan dalam gangguan perilaku akibat stimulansia lainnya.Penggunaan sabu-sabu dapat menginduksi psikosis. Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan stimulansia paling banyak terdapat pada golongan usia produktif. Tn. E, laki-laki, 25 tahun datang ke UGD RSJ Provinsi Lampung diantar keluarga dengan keluhan marah tanpa sebab yang jelas hingga hampir mengancam jiwa orang tua pasien, disertai keluhan lain seperti gelisah, sering memukul tembok, melihat, mendengar dan merasakan makhluk gaib, mudah tersinggung, berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya, bisa menyembuhkan orang sakit,berkomunikasi dengan almarhum pamannya yang mengatakan melalui mimpi bahwa dia diwarisi ilmu dan batu merah delima.Pasien mengatakan melakukan hal demikian karena disuruh oleh makhluk gaib (genderuwo) dan sulit untuk menolaknya dansemua kemampuan ini dimilikinya dalam satu tahun belakangan. Keluhan pertama kali pada bulan februari 2015. Setelah minum obat dan 2 bulan kontrol keluhan hilang. Pasien kemudian tidak berobat kembali. Pasien pernah mengkonsumsi sabu-sabu tiap hari selama satu tahun. Pasien belum memiliki kemampuan tersebutsebelum konsumsi sabu-sabu. Riwayat trauma maupun penyakit lain tidak ada. Selamawawancara pasien dalam keadaan tenang, kontak mata cukup. Wawancara secara pontan,lancar, intonasi normal, volume keras, kualitas kurang,artikulasijelas, kuantitas cukup, amplitudo baik.Tilikan derajat 1. Pasien didiagnosis gangguan mental dan perilaku akibat stimulansia lain termasuk kafein dan gangguan psikotik residual atau onset lambat. Psikofarmaka yang digunakan Risperidone 2x2 mg serta terapi psikososial.
Kata kunci: mental,metamfetamin, perilaku, psikosis, stimulansia
Penulis: Diano Ramadhan Fauzan, Muhammad Yusran, Juspeni Kartika, Haryadi
Kode Jurnal: jpkedokterandd160335

Artikel Terkait :