DETERMINAN KINERJAPELAYANAN KESEHATAN IBU DANANAK DI RUMAH SAKIT PEMERINTAH INDONESIA (ANALISIS DATA RIFASKES 2011)
ABSTRAK: Rumah sakit memegang
peran penting dalam menurunkan AKB dan AKI karena sebagai penyelenggara pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna termasukpelayanan kesehatan ibu dan anak
(KIA). Namun sampai saat ini AKB dan AKI Indonesia masih tetap tinggi
dibandingkan dengan negara ASEAN. Penyebab utamanya adalah komplikasi obstetri
sebagai penyulit atau penyakit yang timbul selama kehamilan, persalinan dan
pasca persalinan yang dialami sekitar 20% dari seluruh ibu hamil, tetapi kasus
komplikasi obstetrik yang ditangani secara baik kurang dari 10%.
Tujuan: Penelitian bertujuan mengidentifikasi pengaruh karakteristik
rumah sakit, manajemen pelayanan KIA, SDM pelayanan KIA, pelayanan KIA, proses
pelayanan KIA, dan peralatan pelayanan KIA terhadap kinerja pelayanan KIA di rumah
sakit pemerintah Indonesia.
Metode: Penelitian menggunakan data RIFASKES 2011 dengan pendekatan cross
sectional study. Populasi dan sampelpenelitian adalah seluruh rumah sakit
pemerintah Indonesia (685 RS). Variabel penelitian diidentifikasi dari variabel
yang tersedia dalam kuesioner RIFASKES 2011. Pengukuran kinerjapelayanan KIA
dari komposit variabel proporsi kematian ibu karena pendarahan d” 1%,
preeklamsia d” 10%, sepsis d” 0,2%, seksio secaria d” 20%, proporsi lahir mati
d” 4%, dan penanganan BBLR 100% berdasarkan SPM rumah sakit. Regresi logistik
multivariat digunakan untuk mendapatkan model determinan kinerja KIA setelah
melalui tahap uji interaksi dan confounding.
Hasil: Sebagian besar (66,3%) kinerja pelayanan KIA di rumah sakit
pemerintah Indonesia kurang optimal. Determinan yangberhubungan signifikan
dengan kinerja pelayanan KIA adalah status rumah sakit tidak terakreditasi (OR=
2,99: 1,43-6,28), rumah sakit bukan wahana pendidikan (OR= 1,78; 1,11-2,85), SDM
team PONEK tidak lengkap (OR= 1,89; 1,27-2,82), tidak tersedia dokter jaga
terlatih di UGD (OR= 1,89; 1,27-2,82), tidak tersedia tim siap melakukan
operasi atau tugas meskipun on call (OR= 2,16; 1,32-3,53). Faktor dominan
kurang optimalnya kinerja adalah status RS tidak terakreditasi.
Kesimpulan: Tidak optimalnya kinerja pelayanan KIA rumah sakit pemerintah
Indonesia dipengaruhi karakteristik rumah sakit yang rendah dan
ketidaklengkapan SDM. Kementerian Kesehatan
perlu mengupayakan perbaikan pada seluruh jenispelayanan untuk menjadikan rumah
sakit terakreditasi lengkap 16 jenis pelayanan, tidak hanya 5 atau 12
pelayanan, juga menjadikan rumah sakit pemerintah sebagai wahana pendidikan,
peningkatan kuantitas dan kualitas SDM PONEK, tersedia dokter jaga terlatih di
UGD dan tim siap melakukan operasi/tugas meskipun on call, dan peningkatan
komitmen organisasi untuk perbaikan kinerja.
Kata Kunci: Kinerja, Pelayanan
KIA, Rumah Sakit Pemerintah
Penulis: Demsa Simbolon,
Djazuli Chalidyanto, Ernawati
Kode Jurnal: jpkedokterandd130497