Dermatitis KontakAkibat Kerja: Penelitian Retrospektif
ABSTRAK: Penyakit kulit akibat
kerja merupakan penyakit akibat kerja kedua terbanyak di Eropa setelah cidera muskuloskeletal,
sedangkan penyakit kulit akibat kerja yang paling umum terjadi adalah
dermatitis kontak, yaitu sebanyak 70- 90%. Penentuan penyebab dermatitis kontak
pada lingkungan kerja sangat penting, karena menghindari bahan penyebab akan mengarah
pada kesembuhan dan mengurangi angka kekambuhan. Tujuan: Mengevaluasi
penatalaksanaan pasien baru dengan dermatitis kontak akibat kerja di Unit Rawat
Jalan (URJ) Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Metode: Studi
retrospektif pasien baru dermatitis kontak akibat kerja di Divisi Alergi
Imunologi selama tahun 2010-2012. Hasil: Jumlah kunjungan pasien baru
dermatitis kontak akibat kerja selama periode tahun 2010-2012 sebanyak 50
pasien baru, dominasi pada pasien laki-laki usia produktif (25-44 tahun).
Diagnosis dermatitis kontak iritan (DKI) lebih banyak daripada dermatitis
kontak alergi (DKA). Mayoritas pekerjaan pasien adalah pekerja pabrik, dengan
bahan yang paling banyak dicurigai adalah bahan kimia. Dari seluruh pasien
dermatitis kontak, sebanyak 21,7% pasien dilakukan uji tempel. Terapi yang
diberikan terbanyak adalah antihistamin dan steroid topikal. Sebanyak 46%
pasien tidak melakukan kunjungan ulang ke Unit Rawat Jalan (URJ) Kulit dan Kelamin.
Simpulan: Jumlah kunjungan pasien baru dermatitis kontak akibat kerja di Divisi
Alergi Imunologi selama periode tahun 2010-2012 sebanyak 50 orang. Uji tempel
sebaiknya dilakukan untuk penegakan diagnosis dan mengetahui bahan penyebab
dermatitis kontak.
Kata kunci: dermatitis kontak
akibat kerja, tes tempel, studi retrospektif
Penulis: Dinar Witasari, Hari
Sukanto
Kode Jurnal: jpkedokterandd140669