DAMPAK PERUBAHAN USAHA PENGGARAMAN KE BUDIDAYA RUMPUT LAUT MASYARAKAT PESISIR: STUDI KASUS DI KABUPATEN JENEPONTO DAN MAROS, SULAWESI SELATAN
Abstract: Perkembangan usaha
budidaya rumput laut dalam pencapaian visi Kementrian Kelautan dan
Perikananpada tahun 2015 untukmencapai target Indonesia sebagai produsen
terbesar dunia, dengan targetproduksi rumput laut mencapai10 juta ton di tahun
2014. Disamping swasembada garam, dimana pengolahan garam sudah menjadi usaha
utama untuk memenuhi kebutuhan hidup rumah tangga dan memberikan kontribusi
yang cukup besar terhadap pendapatan keluarga. Penelitian ini menggunakan
metoda survei, monitoring dan observasi lapang dengan responden petani garam di
Kabupaten Maros dan Kabupaten Jeneponto Sulawesi Selatan. Jumlah responden
masing masing lokasi adalah 20 orang. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan
pendapatan dan pola konsumsi yang disetarakan dengan kebutuhan minimum rumah
tangga petani garam. Usia responden berada pada katageri usia produktif, dengan
rata-rata tingkat pendidikan sekolah dasar. Luas lahan tambak garam rata rata
kurang dari 5.000 m2 (97,5%), dan kebanyakan responden (75%) hanya sebagai
penggarap. Hasil analisis usaha di Kabupaten Jeneponto pendapatan penggaraman
dan total biaya pengeluaran penggarap antara Rp 1.265.000 - Rp 2.250.000,
sedangkan di KabupatenMaros antara Rp 1.750.000 - Rp 3.425.000. Sedangkan
penerimaan usaha garam persiklus di Kabupaten Jeneponto antara Rp.750.000
Rp.1.100.000,sedangkan di Kabupaten Maros antara Rp. 450.000- Rp. 978.000.
Usaha pegaraman mengalami kerugian yang cukup besar di Kabupaten Maros sebesar
Rp. 28.034.306, sedangkan di Jeneponto sebesar Rp. 3.674.960.Total biaya usaha
budidaya rumput laut adalah Rp. 7.638.500,- dan Rp.6.781.000.Pendapatan dari
usaha budidaya rumput laut per siklus antara Rp 4.361.500-Rp 8.469.000,dengan
rata-rata keuntungan persiklus Rp. 3.200.635. Peningkatan pendapatan rata-rata
setelah beralih ke rumput laut untuk Kabupaten Maros adalah Rp. 613.135dan
Kabupaten Jeneponto Rp. 1.443.135.Sedangkan tingkat konsumsi dan pengeluaran
yang mengalami peningkatan yaitu di Jeneponto meningkat 102,62% sedangkan di
Maros meningkat sebesar 36,09%. Ini menunjukkan bahwa daya beli masyarakat
petambak garam cukup tinggi.
Keywords: usaha penggaraman;
budidaya rumput laut; Maros; Jeneponto
Penulis: Nur Ansari Rangka
Kode Jurnal: jpperikanandd130586