DISTRIBUSI SPASIAL KEBUTUHAN KAPUR BERDASARKAN NILAI SPOS TANAH UNTUK TAMBAK DI KABUPATEN PANGKEP PROVINSI SULAWESI SELATAN
Abstract: Kabupaten Pangkep
Provinsi Sulawesi Selatan telah ditetapkan sebagai salah satu wilayah
pengembangan kawasan minapolitan di Indonesia, namun sebagian tanah tambaknya
tergolong tanah bermasalah (tanah sulfat masam dan tanah gambut) yang dicirikan
dengan pH tanah yang rendah sehingga menjadi faktor pembatas dalam peningkatan
produktivitas tambaknya. Oleh karena itu, dilakukan penelitian yang bertujuan
untuk menentukan distribusi spasial kebutuhan kapur berdasarkan nilai SPOS
tanah tambak agar produktivitas tambak dapat meningkat dan berkelanjutan di
Kabupaten Pangkep. Penelitian dilaksanakan di kawasan tambak Kabupaten Pangkep
dengan metode survai melalui pengukuran dan pengambilan contoh tanah pada 83
titik pengamatan di kedalaman tanah 0-0,2 m. Peubah kualitas tanah yang diukur
di lapangan adalah pHF dan pHFOX, sedangkan yang dianalisis di laboratorium
adalah SP, SKCl, SPOS, pirit, dan bahan organik. Kebutuhan kapur didasarkan
pada nilai SPOS tanah dengan mempertimbangkan berat volume tanah. Program
ArcView 3.2 digunakan untuk pembuatan peta distribusi spasial SPOS tanah, berat
volume tanah, dan kebutuhan kapur dengan memanfaatkan citra ALOS AVNIR-2
akuisisi 28 Juli 2008. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanah tambak di
Kabupaten Pangkep dicirikan oleh berat volume tanah yang diprediksi berdasarkan
bahan organik tanah, berkisar antara 0,20 dan 1,25 g/cm3 dengan rata-rata 0,75
g/cm3 dan SPOS tanah berkisar antara 0,02% dan 3,47% dengan rata-rata 1,20%.
Kebutuhan kapur setara CaCO3 untuk tanah tambak berkisar antara 0,12 dan 53,04
ton/ha dengan rata-rata 13,01 ton/ha, di mana kebutuhan kapur yang tinggi
dijumpai di bagian selatan Kabupaten Pangkep (Kecamatan Minasa Te’ne,
Pangkajene, Bungoro, Labakkang, dan Ma’rang).
Keywords: distribusi spasial;
kebutuhan kapur; tanah; tambak; Kabupaten Pangkep
Penulis: Akhmad Mustafa dan
Mustafa, Erna Ratnawati
Kode Jurnal: jpperikanandd120365