PERTUMBUHAN TANAMAN KELAPA SAWIT DI LAHAN PASANG SURUT

ABSTRAK: Keterbatasan lahan yang potensial untuk industri kelapa sawit di Indonesia menyebabkanpembangunan perkebunan kelapa sawit dewasa ini mengarah ke lahan marjinal denganberbagai faktor pembatas. Salah satu lahan marjinal yang berpotensi menjadi alternatfuntuk pengembangan kelapa sawit adalah lahan rawa pasang surut. Potensi lahan pasangsurut untuk budidaya kelapa sawit terutama terkait dengan topografi yang datar danketersediaan air sepanjang tahun sehingga memperkecil kemungkinan terjadi defisit air.Meskipun demikian, terdapat beberapa masalah kritis yang menjadi pembatas bagipengembangan perkebunan kelapa sawit, yaitu drainase yang sangat terhambat, salinitas yang tinggi, potensi kandungan pirit, kedalaman dan kematangan gambut, serta investasi yang lebih besar untuk pembangunan infrastruktur. Pertumbuhan dan produktivitastanaman kelapa sawit di lahan pasang surut selain dipengaruhi oleh perbaikan tingkatkesuburan juga di pengaruhi oleh pengelolaan air. Hasil pengamatan vegetatif (leaf area)tanaman kelapa sawit umur 2 tahun di daerah rawa pitu (kedalaman pirit 80-100 cm) menunjukkan bahwa pengelolan air dengan tinggi muka air 20-40 cm memiliki leaf area yang lebih besar (2,93 m2) dibandingkan dengan pengelolaan air 0-20 cm (2,40 m2) dan 40-60 cm (2,21 m2) di bawah permukaan tanah. Menurut Winarna et al. (2007), produktivitas tanaman kelapa sawit umur 10 tahun pada tanah sulfat masam di SumateraUtara dengan  pengelolaan air dan pirit yang baik dapat mencapai kisaran 20 – 24 tonTBS/ha/tahun. Hasil pengamatan yang dilakukan oleh Harahap dan Siregar (2004) padatanaman kelapa sawit umur 5-6 tahun di Betung Krawo (kedalaan pirit 50-100 cm) dengan pengelolaan air dan pirit yang belum maksimal, menunjukan bahwa produktivitasnya rendah yaitu berkisar 10,86 – 12,70 ton TBS/ha/tahun.
Kata kunci: Kelapa sawit, pertumbuhan, lahan pasang surut
Penulis: Winarna, H. Santoso, M. A. Yusuf, Sumaryanto, E. S. Sutarta
Kode Jurnal: jppertaniandd170052

Artikel Terkait :