Proses Resiliensi Jurnalis Radio 68H Pasca Bom Buku 15 Maret 2011
Abstract: Pada tanggal 15
Maret 2011, sebuah bom yang direkatkan dalam sebuah buku diterima oleh Kantor
Berita 68H kemudian meledak, menyebabkan cedera parah pada petugas kepolisian
yang sedang bertugas. Meskipun demikian, para jurnalis terus bekerja dan
menyuarakan dukungan mereka atas kebebasan berekspresi. Resiliensi yakni
adaptasi yang berhasil dalam mengatasi tantangan, tampak pada bagaimana
jurnalis 68H berhasil “melenting kembali.” Bagi jurnalis yang bekerja di
Indonesia, yakni satu dari lima negara yang paling mematikan di tahun 2010
menurut Committee to Protect Journalists, resiliensi menjadi penting untuk
dipelajari. Menggunakan wawancara semi-terstruktur dan perspektif ‘resiliensi
sebagai proses’, penelitian ini menggambarkan bagaimana jurnalis 68H
menjalankan proses tersebut, sumber daya yang mereka gunakan serta konsekuensi
pada kemampuan mereka untuk mempertahankan resiliensi di masa mendatang. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa penguatan kelompok dan peningkatan kapasitas
penting dalam tahap-tahap proses resiliensi mereka. Disimpulkan bahwa identitas
kolektif dan kepemimpinan dalam mempresepsikan ‘kita’ versus ‘mereka’ dan dalam
mempromosikan nilai-nilai yang penting bagi mereka juga dukungan sosial serta
pengalaman keberhasilan bersama di masa lalu, merupakan sumber-sumber daya
utama resiliensi. Hikmah ajar dari kekeliruan menimbang ancaman berkontribusi
pada perubahan sikap dan peningkatan keamanan demi mempertahankan resiliensi di
masa mendatang
Penulis: Gita Widya Laksmini
Soerjoatmodjo
Kode Jurnal: jppsikologikepribadiandd130108