NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA DALAM KHAZANAH SASTRA SUNDA KLASIK: TRANSFORMASI DARI KELISANAN (ORALITY) KE KEBERAKSARAAN (LITERACY) CARITA PANTUN MUNDINGLAYA DI KUSUMAH (KAJIAN STRUKTURAL-SEMIOTIK DAN ETNOPEDAGOGI)
Abstrak: Penelitian mengenai
cerita pantun Sunda dewasa ini jauh lebih sedikit jumlahnya dibandingkan dengan
penelitian tentang teks sastra Sunda tertulis seperti yang berupa naskah
(manuscript: handschrift). Dalam cerita pantun sarat dengan nilai-nilai
pendidikan karakter, seperti dalam dalam teks Cerita pantun Mundinglaya Di
Kusuma (CPMK). Beberapa alasan pentingnya dilakukan penelitian terhadap teks
CPMK adalah sebagai berikut: (1) Teks CPMK belum pernah diteliti mengenai
transformasi dari kelisanan ke keberaksaraannya, (2) Teks CPMK belum pernah
dikaji secara struktural-semiotik, (3) Teks CPMK belum pernah dikaji
berdasarkan pendekatan etnopedagogi sehingga diperoleh informasi berkenaan
dengan nilai-nilai pendidikan karakter bangsa dari teks tersebut. Pendekatan
sastra yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan objektif dengan
metode struktural-semiotik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) Tradisi
dan transmisi penurunan teks CPMK dilakukan secara lisan melalui pergelaran
mantun, sedangkan tradisi dan transmisi teks tulis WMK tidak dapat diketahui
dengan pasti karena teks itu merupakan satu teks unikum. (2) Teks lisan CPMK
dan WMK memiliki struktur formal dan struktur naratif. Struktur formal CPMK
terbentuk oleh 8 formula, sedangkan struktur formal WMK terbentuk oleh puisi
pupuh. Struktur naratif CPMK tersusun dalam 13 fungsi dan 7 lingkungan
tindakan, sedangkan struktur naratif WMK tersusun dalam 6 model aktan dan 1
model fungsional yang terdiri atas 3 tahapan jalan cerita. (3) Transformasi
yang terjadi dari kelisanan (orality) CPMK ke keberaksaraan (literacy) WMK ada
pada tataran bentuk formal, sedangkan tataran isi cerita tetap sama. (4)
Hadirnya transformasi dari kelisanan CPMK ke keberaksaraan WMK, secara
semiotik, dapat dimaknai sebagai suatu upaya untuk melestarikan dan
mempertahankan eksistensi nilai ajaran moral yang tertuang dalam cerita pantun
ke dalam era (zaman) wawacan sejalan dengan situasi dan kondisi serta minat
masyarakat Sunda masa itu.
Penulis: Dedi Koswara,
Dingding Haerudin, Ruswendi Permana
Kode Jurnal: jppendidikandd143239