PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA KEPALA KELUARGA YANG MENGALAMI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA OLEH PERUSAHAAN BATU BARA DI DESA BUKIT PARIAMAN

Abstrak: Dampak  dari  pembatasan  ekspor  dan  penurunan  harga  batu  bara  yang terjadi  sejak  tahun  2012,  menyebabkan  perusahaan-perusahaan  pertambangan batu  bara  melakukan  langkah-langkah efisensi  salah  satunya  dengan  melakukan pemutusan  hubungan  kerja.  Pemutusan  hubungan  kerja  adalah  pengakhiran hubungan  kerja  karena  suatu  hal  tertentu  yang  mengakibatkan  berakhirnya  hak dan  kewajiban  antara  pekerja  dan  pengusaha.  Pengakhiran  hubungan  kerja  ini menyebabkan kepala keluarga menjadi pengangguran dan dalam beberapa studi menunjukkan  bahwa  orang-orang  yang  relatif  bahagia  menjadi  tidak  bahagia setelah mereka menganggur. Penelitian  ini  bertujuan  untuk  mengetahui  bagaimana  gambaran  kepala keluarga yang mengalami pemutusan hubungan kerja pada perusahaan batubara hingga  mampu  menghadapi  kenyataan,  menerima  keadaan  dan  menjalani  hidup serta  tetap  memenuhi  peran  sebagai  kepala  keluarga  dan  seorang  individu. Penelitian  ini  juga  bertujuan  untuk  memperoleh  gambaran  kesejahteraan psikologis  seorang  kepala  keluarga  setelah  mengalami  pemutusan  hubungan kerja.  Penelitian  yang  digunakan  bersifat  kualitatif  dengan  pengumpulan  data menggunakan  observasi  dan  wawancara.  Subjek  dalam  penelitian  ini  sebanyak dua kepala keluarga dalam rentang usia produktif bekerja.
Hasil  penelitian  menunjukkan  bahwa  pemutusan  hubungan  kerja menimbulkan  perasaan  kecewa,  bingung,  dan  sedih  pada  kepala  keluarga  yang mengalaminya.  Namun  hal  tersebut  juga  membuat  kedua  subjek  menjadi  lebih religius  setelah  mengalami  pemutusan  kerja.  Ditemukan  pula  bahwa  dukungan sosial,  kemampuan  bersyukur  dan  prinsip  hidup  nrimo  atau  nompo  membantu subjek  menghadapi  masa-masa  sulit  dalam  mencapai  kesejahteraan  psikologis. Salah  satu  subjek  mengatakan  rasa  nyaman  di  hati  dan  kehadiran  pasangan sebagai  kunci  kesejahteraan  psikologis  sedangkan  subjek  yang  lain  menyatakan kesejateraan  psikologis  berupa  perasaan  bahagia  dan  tercukupi  namun  tidak berlebihan  serta  keadaan  rumah  tangga  yang  baik  dan  diimbangi  dengan kesehatan fisik.
Kata kunci: Pemutusan Hubungan Kerja, Psychological well-being
Penulis: Nurindah Atika Sari
Kode Jurnal: jppsikologikepribadiandd160004

Artikel Terkait :