Hubungan Durasi QRS Awal Dengan Derajat Reperfusi Miokard Setelah Angioplasti Koroner Perkutan Primer
Latar Belakang: Terapi
reperfusi pada infark miokard akut bertujuan untuk memperoleh reperfusi miokard
yang segera dan menetap. Namun walaupun TIMI flow3 tercapai, sebagian pasien
memiliki reperfusi yang tidak optimal pada jaringan miokard. Durasi QRS awal
telah ditunjukkan sebagai prediktor reperfusi miokard setelah terapi
fibrinolitik, namun sampai saat ini belum ada data yang menunjukkan hubungan
antara durasi QRS awal dengan reperfusi miokard setelah angioplasti primer.
Metode. Penelitian kasus kontrol dilakukan untuk menilai hubungan antara
durasi QRS awal dengan reperfusi miokard setelah angioplasti primer. Reperfusi
miokard dinilai dengan myocardial blush grade(MBG), dan dikelompokkan menjadi
reperfusi optimal (MBG 0-1) dan reperfusi tidak optimal (MBG 2-3).
Hasil. Ditemukan 41 pasien yang memenuhi kriteria penelitian; 31 memiliki
reperfusi yang optimal dan 10 reperfusi tidak optimal. Kelompok reperfusi tidak
optimal memiliki durasi QRS awal yang lebih panjang (103 +14 vs 91 +12
milidetik; p = 0,013) dan usia yang lebih tua (63,9 +12,2 vs 53,7 +10,3 tahun,
p = 0,023). Kedua kelompok memiliki karakteristik yang sama dalam hal jenis
kelamin, diabetes, hipertensi, dislipidemia, status merokok, pain-to-door time,
pain-to-balloon time, lokasi infarct-related artery, dan TIMI flow. Analisa
multivariat menunjukkan bahwa durasi QRS yang lebih panjang berhubungan dengan
reperfusi yang tidak optimal setelah angioplasti primer (OR: 21.7, p = 0.014).
Durasi QRS awal lebih dari 105 milidetik memiliki sensitivitas 84% dan
spesifisitas 62% untuk memprediksi reperfusi yang tidak optimal setelah
angioplasti primer.
Kesimpulan. Durasi QRS awal yang lebih panjang dapat menjadi prediktor
dari reperfusi miokard yang tidak optimal setelah angioplasti primer. Pasien
STEMI dengan durasi QRS awal yang lebih panjang atau sama dengan 105 milidetik
mungkin memiliki risiko yang lebih tinggi untuk terjadinya reperfusi yang tidak
optimal setelah angioplasti primer.
Penulis: Andre P Ketaren,
Ganesja M Harimurti, Ismoyo Sunu
Kode Jurnal: jpkedokterandd090039