PERBANDINGAN SKALA PRIORITAS PENANGANAN JALAN DI KABUPATEN BENGKAYANG ANTARA METODE AHP DENGAN METODE BINA MARGA

Abstract: Berdasarkan database jalan Kabupaten Bengkayang tahun 2012 terdapat 706,41 km jalan dalam kondisi rusak (55%) dari total 1.280,2 km. Anggaran yang disediakan untuk penanganan jalan setiap tahunnya sangat kecil, maka diperlukan rumusan kebijakan dalam menentukan skala prioritas penanganan jalan. Selama ini, pengambil keputusan masih menggunakan sistem acak (random choice). Pada penelitian ini digunakan dua metode untuk menentukan skala prioritas penanganan jalan, yaitu metode Bina Marga dan metode AHP (Analytic Hierarchy Process). Metode Bina Marga menggunakan approach data inventory yang meliputi data traffic dan data road condition untuk memperoleh NPV (net present value), sedangkan metode AHP didasarkan pada fleksibiltas pemilihan variabel dalam pemecahan masalah. Metode  AHP  menggunakan persepsi  responden  sebagai  perangkat  utama,  sehingga  dianggap  dapat  merepresentasikan  proses pengambil  kebijakan  secara  kolektif.  Penelitian  ini  bertujuan  untuk  menentukan  dan membandingkan hasil penentuan skala prioritas penanganan jalan strategis Kabupaten Bengkayang berdasarkan  metode  AHP  dan  metode  Bina  Marga,  selanjutnya  untuk  mengetahui  kelebihan  dan kelemahan  kedua  metode  tersebut.  Hasil  penilaian  metode  Bina  Marga  menunjukkan  ruas  jalan Pangkalan  Makmur–Capkala  berada  pada  peringkat  pertama.  Hal  ini  dipengaruhi  oleh  tingginya volume  LHR,  sedangkan  hasil penentuan peringkat dengan  metode  AHP juga  menempatkan ruas jalan  Pangkalan  Makmur–Monterado  berada  pada  peringkat  pertama.  Ini  menunjukkan  bahwa pengaruh  besarnya  bobot  pada  subkriteria  tingkat  kerusakan  jalan  dan  subkrietria  LHR  dengan bobot  maksimum  1,  kedua  subkriteria  tersebut  merupakan  breakdown  dari  kriteria  kondisi  jalan yang memiliki bobot kriteria tertinggi sebesar 42,97 %, serta terdapat dua subkriteria lainnya yang memiliki  nilai  bobot  maksimum  1  yaitu  subkriteria  manfaat  penanganan  jalan  dan  subkriteria kawasan perdagangan dan industri. Hasil peringkat kedua  metode  menempatkan  empat  ruas jalan berada  pada  peringkat  yang  sama  (20  %),  sedangkan  peringkat  enam  belas  ruas  jalan  (80%) lainnya posisinya  random. Dari daftar peringkat  metode Bina Marga  menunjukkan  sembilan ruas jalan  mengalami penurunan peringkat dan  tujuh ruas jalan  mengalami peningkatan peringkat jika dikomparasikan dengan hasil metode AHP. Berdasarkan analisis korelasi dengan metode Pearson dan  Spearman,  terdapat  hubungan  sangat  kuat  dan  positif  antara  metode  Bina  Marga  dan  AHP dalam  penentuan  skala  prioritas  penanganan  jalan  di  Kabupaten  Bengkayang.  Kelebihan  metode Bina Marga yaitu cukup praktis dan efisien, sedangkan model ini memiliki kelemahan karena tidak memiliki  fleksibilitas  terhadap  rencana  pengembangan  wilayah.  Kelebihan  metode  AHP  yaitu lebih fleksibel dalam menentukan variabel dan akurasi penilaian cukup baik (consistency ratio 10 %). Instrumen utama metode AHP adalah persepsi, maka subjektivitas responden dalam penilaian dapat menjadi kelemahan dalam metode ini.
Kata-kata kunci:  data  road  condition,  data  traffic,  net  present  value,  persepsi  responden, criteria, consistency ratio
Penulis: Agustinus Syawal
Kode Jurnal: jptsipildd130032

Artikel Terkait :