Pembuatan Etanol Generasi Kedua Dengan Memanfaatkan Limbah Rumput Laut Eucheuma CottoniiSebagai Bahan Baku
Abstraksi: Krisis energi yang
terjadi di berbagai negara di belahan dunia saat ini sudah memasuki tahapan
yang sa ngat serius dan memprihatinkan sehingga harus segera dicari metode
pemecahan masalahnya, termasuk Indonesia. Sumber bahan baku potensial yang ketersediaannya melimpah,
berharga murah, belum
banyak dimanfaatkan orang
dan mengandung struktur gula sederhana yang dapat diubah
menjadi etanol adalah bahan-bahan berlignosellulosa yang dalam beberapa dekade
terakhir, menjadi salah satu
obyek penelitian yang
menarik untuk mengetahui
potensi dari bahan
– bahan lignoselulosa
dalam memproduksi etanol. Salah
satu komoditi perairan
Indonesia yang sangat
berpotensi untuk dikembangkan
adalah rumput laut Eucheuma cottonii dan sisa hasil panen
cottonii yang tidak termanfaatkan dapat dimanfaatkan kembali menjadi salah satu
bahan baku pembuatan etanol pengganti
bahan baku yang
selama ini digunakan
seperti jarak, singkong
dan tebu. Dalam
penelitian ini, pendekatan yang
ditempuh berupa metoda
pengujian langsung dilapangan.
Pengujian dilakukan dengan
membandingkan variasi rasio limbah cottonii dengan yeast pada proses
fermentasi dengan variasi waktu fermentasi dan
variasi delignifikasi untuk
mencari perbandingan kadar
kemurnian etanol, volume
etanol dan laju
fermentasi dengan menggunakan alat
ukur yang bernama vinometer.Hasil dari penelitian yang dilakukan dengan
metode diatas diperoleh hasil sebagai berikut : Pada delignifikasi NaOH
15% dan dengan
perbandingan (1:0,006) untuk
limbah cottonii dan
ragi diperoleh kadar
kemurnian, volume etanol dan laju fermentasi terbaik. Dimana kadar
etanol tertinggi didapatkan dari perlakuan secara biologi yaitu sebesar 15,5%
dan secara fisika
sebesar 14,8% pada
hari ke 6
fermentasi. Begitu juga
dengan volume etanol
yang dihasilkan lebih tinggi dimana volume maksimal yangmampu dihasilkan
adalah 245 ml pada perlakuan biologi dan 234 ml pada perlakuan
fisika pada hari
ke 9 fermentasi. Sementara itu
laju fermentasi tertinggi
yang mampu dihasilkan
adalah sebesar 0,058 kg/hari pada perlakuan fisika, dan 0,063 kg/hari
pada perlakuan biologi pada hari ke 3 fermentasi sehingga secara keseluruhan
kadar kemurnian etanol,
volume etanol dan
laju fermentasi yang
dihasilkan dengan tr eatment
secara biologi memberikan hasil
yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan kadar etanol yang dihasilkan dari
treatment secara fisika.
Penulis: I Gede Wiratmaja, I
Gusti Bagus Wijaya Kusuma dan I Nyoman Suprapta Winaya
Kode Jurnal: jptmesindd110092