HAMBATAN PENILAIAN KOMPETENSI

Hambatan Penilaian Kompetensi ada beberapa yang sering ditemui. Hambatan yang timbul pada penilaian kompetensi atau model kompetensi menurut Manopo, (2011) yaitu sebagai berikut:
Kompetensi bukanlah trait (sifat)
Dalam mengelola manajemen sumber daya manusia (MSDM), baik eksekutif maupun praktisi SDM sering kali menganggap kompetensi sebagai kepribadian yang dimiliki seseorang yang diperlukan dalam pekerjaannya. Kepribadian, karakter kenyataannya merupakan sesuatu yang sulit diubah, tetapi prilaku dan pikiran dapat dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan pekerjaan.
Kompetensi bukanlah kapasitas atau kemampuan
Dasar yang perlu diingat bahwa kemampuan tidak memberikan korelasi yang positif terhadap kinerja dimasa depan.
Kompetensi bukanlah sikap
Secara umum sikap dianggap memberi  kontribusi terhadap kinerja seseorang. Sikap seperti integritas merupakan prasyarat utama seseorang yang memegang jabatan. Namun, sikap tidak memberikan pengaruh terhadap kinerja seseorang dimasa yang akan datang.
Kompetensi bukanlah kinerja
Secara hakiki, kompetensi memang berhubungan secara langsung dengan kinerja seseorang. Artinya, seseorang karyawan tidak dapat menunjukan kinerja yang sesuai dengan standar tanpa memiliki kompetensi yang sesuai untuk pekerjaannya. Namun, kompetensi tidak berarti menjadi jaminan seseorang karyawan akan menunjukan kinerja sesuai dengan harapan perusahaan.
Upaya Mengatasi Hambatan Penilaian Kompetrensi
Adapun upaya untuk mengatasi hambatan penilaian kompetensi menurut (manopo, 2011) yaitu :
  1. Menentukan metode pengumpulan data. Mempelajari hal  yang dianggap kritikal dan perlu yang merefleksikan kinerja tertentu pada jabatan tertentu. Menentukan jumlah populasi yang akan mewakili jabatan tertentu sebelum melakukan wawancara dan diskusi kelompok. Jumlah yang sesuai, akan menggambarkan kompetensi yang dibutuhkan dalam organisasi dan jumlahnya bergantung pada sebuah organisasi atau perusahaan.
  2. Mengumpulkan dan mengolah data. Jika sudah mendapatkan informasi yang diperlukan melalui deskripsi pekerjaan, p[roses dan prosedur kerja, serta indicator kinerja yang ditentukan sesuai dengan target perusahaan, maka langkah selanjutnya adalah merangkum semua informasi tersebut menjadi sebuah informasi yang akan kita gunakan untuk pengecekan validitasnya melalui proses diskusi kelompok dan wawancara dengan pemegang jabatan, sejawat, atasan yang bersangkutan.
  3. Menentukan kompetensi yang dibutuhkan per fungsi atau jabatan. Langkah selanjutnya adalah menyusun model kompetensi yang sesuai dengan organisasi melalui infirmasi yang diperoleh dari observasi, wawancara, bedah data, dan  diskusi kelompok. Setelah itu membuat definisi kompetensi sesuai dengan organisasi.

Artikel Terkait :