Uji Diagnostik Tinea Kruris dengan Polymerase Chain Reaction Restriction Fragmented Length Polymorphism
ABSTRAK: Tinea kruris
merupakan dermatofitosis paling sering kedua di seluruh dunia dan terbanyak di
Indonesia. Penegakan diagnosis konvensional dengan kultur jamur dirasa lambat
dan kurang spesifik, sehingga diperlukan metodediagnostik yang lebih cepat dan
tepat. Polymerase chain reaction (PCR) merupakan tes yang sangat sensitif dan
spesifikuntuk mendiagnosis berbagai mikroorganisme termasuk jamur patogen.
Polymerase Chain Reaction-Restriction Fragment Length Polymorphism (PCR-RFLP)
merupakan metode PCR dengan penambahan enzim setelah amplifikasi sehingga memungkinkan
hasil yang lebih spesifik. Tujuan: Untuk mengetahui nilai diagnostik PCR-RFLP
dalam menegakkan diagnosis tinea kruris. Metode: Penelitian ini merupakan suatu
uji diagnostik tinea kruris dengan PCR-RFLP yang menggunakan kultur jamur
sebagai baku emas. Spesimen berupa kerokan kulit dari 31 pasien yang diduga
tinea kruris berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan dermatologis. Alat dan bahan
yang digunakan pada penelitian ini adalah agar Sabaroud dekstrosa, primer Internal
Transcribe Sequences (ITS) 1 dan ITS 4, dan MvaI. Hasil: Nilai-nilai uji diagnostic
yang didapatkan pada penelitian ini adalah nilai sensitivitas 75%, nilai
spesifisitas 66,7%, nilai positive predictive value 70,6%, nilai negative
predictive value 71,4%, nilai rasio kemungkinan positif 2,25, nilai rasio
kemungkinan negatif 0,38, nilai akurasi 70,97%. Simpulan: PCR-RFLP dapat
sebagai alat alternatif untuk mendiagnosis tinea kruris.
Kata kunci: tinea kruris,
kultur, PCR-RFLP, uji diagnostik
Penulis: Cut Putri Hazlianda,
Kamaliah Muis, Isma Aprita Lubis
Kode Jurnal: jpkedokterandd170493