Studi Epidemiologi: Erupsi Obat Berat
ABSTRAK: Erupsi obat sering
ditemukan di masyarakat. Sebuah systematic review menunjukkan insidensi erupsi
obat berat antara 0-8%, namun masih sedikit studi yang membahas erupsi obat
berat yang mempunyai tingkat mortalitas tinggi, sehingga diperlukan studi
epidemiologi untuk menunjukkan profil erupsi obat berat, terutama di rumah
sakit umum daerah. Tujuan: Mengevaluasi profil klinis dan epidemiologi erupsi
obat berat di Instalasi Rawat Inap (IRNA) Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr.
Soetomo Surabaya. Metode: Semua kasus erupsi obat berat pada periode Januari
2015–Januari 2016 dievaluasi profil klinis dan epidemiologisnya. Kasus
Stevens-Johnson syndrome (SJS), toxic epidermal necrolysis (TEN), acute
generalized exanthematous pustulosis (AGEP), dan drug reaction with
eosinophilia and systemic reaction (DRESS) dimasukkan dalam studi. Hasil:
Didapatkan 14 pasien erupsi obat berat, yaitu 10 pasien SJS (71,4%), 2 pasien
TEN, dan 2 pasien AGEP. Kelompok usia terbanyak yang menderita erupsi obat
berat adalah kelompok 25-59 tahun (57,1%). Rasio pasien laki-laki dan perempuan
3:4. Obat terbanyak yang diduga sebagai penyebab berupa parasetamol (50%),
berikutnya adalah amoksisilin (28,6%); sedangkan golongan obat terbanyak yang
diduga sebagai penyebab adalah golongan antibiotic (64,3%) dan golongan
antipiretik (50%). Semua pasien mendapatkan kortikosteroid sistemik dengan
mortalitas 0%. Simpulan: Tipe erupsi obat berat terbanyak berupa SJS dengan
parasetamol sebagai obat penyebab tersering, sedangkan golongan obat penyebab
terbanyak adalah antibiotik. Kortikosteroid sistemik memberikan hasil terapi
yang baik pada erupsi obat berat.
Kata kunci: erupsi obat berat,
SJS, TEN, AGEP
Penulis: Damayanti, Sylvia
Anggraeni , Cita Rosita SP, Marsudi Hutomo, Hari Sukanto
Kode Jurnal: jpkedokterandd170492