KEBIJAKAN MEDIK PADAPASIEN GAGALGINJAL KRONIK DENGAN HEMODIALISIS DI RS HASAN SADIKIN BANDUNG
ABSTRAK: Prevalensi pasien Penyakit Ginjal Kronik (PGK) yang menjalani
hemodialisis di Indonesia mengalami peningkatan.Beberapa diantaranya terjadi
malnutrition inflammation complex syndrome dan berujung pada kematian.
Penelitian bertujuan untuk mengetahui asupan protein dan energi, serta mengetahui
faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya asupan nutrisi.
Metode: Desain penelitian adalah mixed method dengan menggunakan strategi
conccurent embedded. Paradigma penelitian adalah constructivisme. Penelitian
kuantitatif dengan pendekatan deskriptif, observational menggunakan dataskunder
dan melakukan 24 Hour Recall dan Food Frequency Questionaire (FFQ). Penelitian
kualitatif dilakukan dengan wawancara mendalam dan observasi. Penelitian
dilakukan di Unit Hemodialisis Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung bulan Juni-September
2013 dengan total sampling. Dilakukan analisis data kualitatif dan kuantitatif
yang diikuti analysis of policy dan analysis for policy untuk merumuskan
kebijakan medik pada pasien PGK yang menjalani hemodialisis.
Hasil: Rata-rata asupan protein pasien adalah 1,32 gr/kg BB/Hari. Asupan
protein terendah 0,5 gr/kg BB/hari, tertinggi 2,8gr/kg BB/hari. Asupan protein
pada 24% pasien dibawah 1 gr/kg BB/hari; 22,8% diatas 1,5 gr/kg BB/hari. Rata-rata
asupan energi pasien 2001 kkal/hari, asupan terendah 930 kkal/hari, tertinggi
3196,9 kkal/hari. Analisis kualitatif menghasilkan 7 tema yang menjadi penyebab
rendahnya asupan nutrisi yaitu penyakitdasar (diabetes mellitus, hipertensi),
lama dialisis, frekuensi dan jumlah dialisis, efek dialisis, respon tubuh,
faktor biaya dan konseling serta edukasi. Efek dialisis yang paling dikeluhkan adalah
anemia, mual dan muntah. Respon tubuh diantara pasien sangat bervariasi.
Konseling dan edukasi dari pihak rumah sakit sangat dibutuhkan pasien.
Kesimpulan: Asupan protein pasien sesuai rekomendasi K/DOQI, namun belum
sesuai untuk asupan energi. Asupan proteindan energi pasien Jamkesmas lebih
rendah dari rekomendasi K/DOQI. Penyebab rendahnya asupan nutrisi disebabkan karena
penyakit dasar yang menjadi penyebab PGK, lama dialisis, frekuensi dan jumlah
dialisis, efek dialisis, respon tubuh, faktor biaya dan tidak adanya konseling
dan edukasi. Pemerintah harus mendorong kebijakan medik dalam penanganan pasien
gagal ginjal kronik yang komprehensif, di pelayanan primer, skunder dan
tertier. Untuk tercapainya kebijakan medik tersebut pemerintah harus
menyediakan tenaga yang kompeten, sarana dan prasarana pendukung, standar dan
protap yang dibutuhkan untuk masing-masing levelpelayanan.
Kata Kunci: pasien
hemodialisis, malnutrisi, kebijakan medic
Penulis: Dewi Marhaeni Diah
Herawati, Eko Fuji Ariyanto
Kode Jurnal: jpkedokterandd140626