KAJIAN EPIDEMIOLOGIS SKIZOFRENIA
ABSTRACT: Skizofrenia
merupakan gangguan psikotik yang paling sering. Kejadian skizofrenia pada pria
lebih besar dari pada wanita. Angka kejadian di masyarakat berkisar 1-2% dari
seluruh penduduk pernah mengalami skizofrenia dalam hidup mereka. Kajian ini
bertujuan untuk mengukur prevalensi skizofrenia, serta untuk mengidentifikasi
tipe dan faktor risiko skizofrenia. Penelitian ini merupakan review skizofrenia
berdasarkan data kepustakaan dan jurnal dengan fokus penulisan skizofrenia,
yang meliputi gejala, klasifikasi, prevalensi, faktor risiko, dan pengobatan
skizofrenia. Skizofrenia terbagi menjadi sembilan tipe skizofrenia dengan yang
tersering adalah skizofrenia paranoid. Menurut prevalensi, skizofrenia
tertinggi di Indonesia pada tahun 2013 adalah di DI Yogyakarta dan Aceh sebesar
2,7%. Banyak faktor yang berperan terhadap kejadian skizofrenia, antara lain
faktor genetik, biologis, biokimia, psikososial, status sosial ekonomi, stress,
serta penyalahgunaan obat. Status ekonomi rendah mempunyai risiko 6,00 kali
untuk mengalami gangguan jiwa skizofrenia dibandingkan status ekonomi tinggi,
sedangkan orang yang tidak bekerja mempunyai risiko 6,2 kali lebih besar
menderita skizofrenia dibandingkan yang bekerja. Gejala klinis skizofrenia adalah
gangguan pikiran, delusi, halusinasi, afek abnormal, gangguan kepribadian
motor, dan adopsi posisi bizar. Obat antipsikotik yang paling sering digunakan
pada penderita skizofrenia pada terapi tunggal adalah risperidon, sedangkan
pada terapi kombinasi yang paling banyak digunakan adalah haloperidol dan
klorpromazin. Skizofrenia dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan ekstrinsik dari
pasien, dengan tingkat kekambuhan yang dapat dipengaruhi oleh tingkat
pengetahuan keluarga.
Kata kunci: antipsikotik, epidemiologis,
skizofrenia Epidemiologic
Penulis: Siti Zahnia, Dyah
Wulan Sumekar
Kode Jurnal: jpkedokterandd160398