ANEMIA PADA INFEKSI HIV
ABSTRACT: Kejadian Infeksi HIV
di Indonesia meningkat setiap tahunnya. Salah satu komplikasi hematologi yang
paling sering dalam meningkatkan mortalitas dan morbiditas pada infeksi HIV
adalah anemia. Anemia merupakan kelainan hamatologi dimana jumlah sel darah merah
dan kapasitas angkut oksigennya tidak mencukupi kebutuhan fisiologis tubuh.
Tiga mekanisme dasar terjadinya anemia pada infeksi HIV adalah penurunan
eritropoiesis, peningkatan destruksi eritrosit dan inefektivitas eritropoiesis.
Faktor resiko anemia yang berkaitan dengan infeksi HIV antara lain seks, usia,
penggunaan zidovudin, CD4, dan stadium klinis HIV. Terdapat beberapa prediktor
kesembuhan anemia pada infeksi HIV antara lain stadium klinis (III dan IV) dan
seks (Laki-laki). Dampak dari anemia pada infeksi HIV adalah kelelahan,
gangguan fungsi fisik dan penurunan kualitas hidup. Strategi penatalaksanaan
pertama pada anemia pada infeksi HIV dengan penangan etiologi anemia, pemberian
nutrisi suportif serta pelaksanaan skrining secara sering. Penggunaan HAART
pada anemia memberikan perbaikan signifikan pada anemia serta memperbaiki
keadaan klinis penyakit. Epoetin alfa yang diberikan pada anemia ringan dan
sedang, dapat memperbaiki keadaan anemia dan mengurangi kebutuhan pemberian
transfusi darah. Transfusi darah dapat diberikan pada anemia berat
Kata kunci: AIDS, Anemia, HIV
Penulis: Yvonne Yolanda
Fransiska, Evi Kurniawaty
Kode Jurnal: jpkedokterandd150638