PENGARUH PEMBERIAN PAKAN BERGILIR DAN PENAMBAHAN SUMBER C TERHADAP KONDISI KUALITAS AIR DAN PRODUKSI UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei)

Abstract: Biaya produksi tertinggi dalam budidaya udang vaname di tambak adalah pakan, sehingga diperlukan informasi strategi pemberian pakan seperti teknik pemberian pakan secara bergilir. diikuti dengan managemen mutu air. Aplikasi pakan pada budidaya udang vaname intensif di samping meningkatkan produksi namun dapat pula berpengaruh pada lingkungan budidaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengamati mendapatkan informasi pengaruh pemberian pakan secara bergilir dan penambahan sumber C terhadap kondisi kualitas air dan produksi udang vaname intensif. Penelitian dilakukan pada tambak percobaan di Takalar menggunakan tambak ukuran 4.000 m2 sebanyak 6 petak. Hewan uji adalah udang vaname ditebar dengan kepadatan 125 ekor/m2. Penelitian diset menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 3 perlakuan dengan dua ulangan yaitu: (A) Pergiliran pakan dua hari protein rendah, dan satu hari protein tinggi, tanpa penambahan sumber C (molase), (B) Tanpa pergiliran pakan (protein rendah) dan penambahan sumber C (molase), dan (C). Pergiliran pakan dua hari protein rendah, satu hari protein tinggi dan penambahan sumber C (molase). Lama pemeliharan 112 hari, udang diberi pakan dosis 100% pada awal penebaran dan menjelang panen diberi pakan 2% dari total berat biomassa/hari. Pengukuran kualitas air meliputi suhu, salinitas, oksigen terlarut, dan pH dilakukan secara insitu setiap hari sedang total amonia nitrogen (TAN), nitrit, nitrat, phosfat dan BOT dilakukan dua minggu sekali. Sampel air di ambil menggunakan botol sampel kemudian dimasukkan dalam cool box yang berisi es batu yang selanjutnya dibawa untuk dianalisis di laboratorium kualitas air Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau (BPPBAP) di Maros. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas air yang diperoleh pada penelitian ini secara umum masih dapat ditolerir oleh udang vaname. Namun terdapat kualitas air yang sedikit lebih tinggi dari nilai batas aman untuk pertumbuhan udang seperti konsentrasi NH4 dan NO2. Namun kenyataannya masih dapat ditolerir udang vaname karena pada kegiatan ini di samping penggunaan perbanyakan bakteri probiotik, juga ada penambahan sumber C (molase) untuk mengurangi limbah budidaya udang intensif seperti senyawa toksik NH4 dan NO2. Toksisitas peubah kualitas air tidak bekerja secara sendiri-sendiri artinya bahwa sekalipun kadar total amonia nitrogen dan nitrit melebihi ambang batas kehidupan akan tetapi peubah lainnya masih pada tingkat optimal sehingga udang masih bertahan hidup. Pergiliran pakan dengan kandungan protein berbeda dan penambahan sumber C tidak berpengaruh nyata terhadap sintasan dan produksi udang vaname.
Keywords: kualitas air; pergiliran pakan; udang vaname;intensif
Penulis: Abdul Mansyur, M. Nur Syafaat, Brata Pantjara
Kode Jurnal: jpperikanandd130557

Artikel Terkait :