BEBERAPA JENIS HASIL TANGKAP SAMPINGAN (BYCATCH) KAPAL RAWAI TUNA DI SAMUDERA HINDIA YANG BERBASIS DI CILACAP

Abstract: Ikan-ikan tuna di Samudra Hindia dieksploitasi menggunakan rawai tuna oleh Jepang sejak tahun 1952, kemudian menyusul Korea dan Taiwan pada tahun 1964. Rawai tuna di Indonesia mulai digunakan sejak tahun 1973, sejak didirikannya PT. Perikanan Samodera Besar, yang berbasis di Benoa, Bali. Kemudian alat tangkap ini berkembang dengan pesat sejak tahun 1990-an, di mana pada tahun 2001 mencapai 618 kapal kemudian meningkat menjadi 705 kapal pada tahun 2002 serta 746 kapal pada tahun 2010. Target dari rawai tuna di Samudra Hindia adalah ikan madidihang atau tuna mata besar (Thunnus obesus). Walaupun demikian, banyak jenis-jenis ikan lain yang ikut tertangkap sebagai hasil tangkap sampingan. Ikan tuna sirip biru selatan tertangkap dianggap sebagai byproduct karena nilai ekonominya yang sangat tinggi, sedangkan ikan paruh panjang, cucut, ikan teleost lainnya, penyu, dan burung laut sebagai bycatch. Ikan cucut tertangkap sebagai bycatch hanya 10 spesies dari 61 spesies yang diketahui di Samudra Hindia. Jenis ikan teleost lain tertangkap tujuh jenis. Jenis-jenis penyu yang tertangkap adalah penyu hijau (Chelonia mydas) dalam trip pertama tiga ekor dan trip ketiga satu ekor, dan penyu sisik (Eretmochelys imbricata) trip kedua dua ekor dan trip ketiga dua ekor. Burung laut hanya tertangkap dua ekor pada trip ketiga (bulan Oktober 2004) dengan rata-rata laju tangkap 0,20 ekor burung laut per 1.000 pancing.
Keywords: hasil tangkap sampingan; rawai tuna; Samudera Hindia
Penulis: Budi Iskandar Prisantoso, Agustinus Anung Widodo,  Mahiswara, Lilis Sadiyah
Kode Jurnal: jpperikanandd100296

Artikel Terkait :